Ahad 26 Nov 2017 00:08 WIB

Balitbangtan Ingin Teknologi Pertanian Dirasakan Masyarakat

Rep: Fuji Pratiwi/ Red: Dwi Murdaningsih
Kepala Balitbangtan Muhammad Syakir membuka Agro Inovasi Fair 2017 di Botani Square, Bogor, pada Sabtu (25/11).
Foto: republika/fuji pratiwi
Kepala Balitbangtan Muhammad Syakir membuka Agro Inovasi Fair 2017 di Botani Square, Bogor, pada Sabtu (25/11).

REPUBLIKA.CO.ID, BOGOR -- Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian (Balitbangtan) Kementerian Pertanian ingin teknologi pertanian iklusif sehingga bisa dirasakan dan dimiliki semua. Semua sumber daya dikerahkan untuk menghasilkan bahan pangan bernilai tambah dan berdaya saing sehingga pertanian tidak cuma urusan desa, tapi juga kota.

Kepala Balitbangtan Kementan, Muhammad Syakir mengatakan, teknologi pertanian yang dikembangkan Balitbangtan kini inklusif seiring perubahan paradigma. Teknologi hidropon, kultur jaringan, atau pengembangan komoditas kini ada pelatiahannya dan terbuka untuk masyarakat.

Untuk memajukan sektor pertanian, teknologi dan inovasi yang lahir harus bisa meningkatkan nilai tambah produk pertanian. ''Di era persaingan saat ini, Indonesia tidak cukup hanya bersyukur dan bertahan dengan pola yang ada, tapi harus ada nilai tambah dan daya saing,'' kata Syakir saat membuka Agro Inovasi Fair di Botani Square, Bogor, Sabtu (25/11).

Karena itu, penanganan pangan harus digarap integras tidak hanya di desa, tapi juga di kota. Moderenisasi pertanian diharapkan mampu membuat pertanian juga berkembang di kota.

Agro Inovasi Fair (AIF) yang telah berjalan sejak 2015 jadi salah satu sarana memasyarakatkan inovasi pertanian. AIF ke tiga yang dilaksanaka di Bogor, rupa-rupa inovasi mesin pertanian, bibit, dan produk pertanian dipamerkan agar masyarakat mengetahui perkembangan terbaru dunia pertanian.

Moderenisasi dan inovasi jadi penting agar ke depan, generasi muda juga kembali tertarik terlibat di industri pertanian. Sinergi Balitbang dengan 30 perguruan tinggi dan sektor swasta juga terbuka sehingga produk pangan dan komoditas tersedia masif.

''Kerja sama dengan swasta tujuannya adalah penggandaan cepat. Tentu harus didukung infrastruktur dan SDM memadai,'' ujar Syakir.

Sudah ada 118 lisensi yang diberikan untuk inovasi pertanian dalam tiga tahun belakangan. Ada yang berkembang, ada yang belum sambil dievaluasi. ''Lisensi itu ada untuk mempercepat penerapan teknologi di lapangan. Lisensi yang banyak saat ini memang di mekanisasi pertanian karena pemerintah sedang mendorong alat dan mesin pertanian,'' tutur Syakir.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement