Sabtu 25 Nov 2017 03:11 WIB
Berita Mendalam Literasi Keuangan Perempuan

Bank dan Ibu Rumah Tangga Berbagi Sejahtera

Rep: Nur Aini/ Red: Nur Aini
Sejumlah pegawai dari nasabah Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) Bank Mandiri Syariah Sumairah sedang melakukan aktifitasnya menjahit di workshopnya di Citeureup Bogor, Jawa Barat, Rabu (13/9).
Foto: Republika/Edwin Dwi Putranto
Sejumlah pegawai dari nasabah Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) Bank Mandiri Syariah Sumairah sedang melakukan aktifitasnya menjahit di workshopnya di Citeureup Bogor, Jawa Barat, Rabu (13/9).

REPUBLIKA.CO.ID, “Satu upaya untuk menyejahterakan perekonomian di Indonesia adalah jika para perempuan yang punya andil besar dalam perekonomian ikut berdaya.”

Pernyataan itu berasal dari Direktur Utama BTPN Syariah Ratih Rachmawaty. Ia mengungkap alasan BTPN Syariah menyasar perempuan terutama ibu rumah tangga produktif sebagai nasabah pembiayaan.

Tidak banyak bank yang secara khusus menyasar pembiayaan ibu rumah tangga. BTPN Syariah memilih ibu rumah tangga setelah melalui studi yang menunjukkan perempuan Indonesia memegang peran penting dalam perekonomian keluarga. Dominasi perempuan dalam pengelolaan keuangan keluarga ini dianggap strategis bagi kelancaran angsuran pembiayaan.

Dari sisi bisnis, potensi ibu rumah tangga produktif ini juga menjanjikan. Selain potensi pembiayaan besar, Direktur Kepatuhan BTPN, Anika Faisal mengungkap belum banyak bank yang menggarap segmen pasar itu. "Kita masuk karena opportunity-nya bagus," kata dia.

Segmen prasejahtera produktif yang disasar BTPN Syariah ini adalah perempuan ibu rumah yang sebagian besar bekerja di rumah dengan usaha skala super mikro. Usaha rumah tangga ini tak sama, ada yang menjual telur asin, kain batik, hingga keset dari kain perca. Skala usaha ibu rumah tangga ini yang kerap dicap tak layak pembiayaan bank (unbankable) karena tak memiliki dokumentasi legal, laporan keuangan, hingga jaminan.

Dengan bingkai usaha ibu rumah tangga tak layak pembiayaan bank, BTPN Syariah justru menawarkan paradigma lain. Alih-alih membuat bisnis mikro menjadi layak pembiayaan (bankable) terlebih dahulu, BTPN Syariah memilih untuk merancang layanan ramah terhadap nasabah mikro. Setiap nasabah super mikro bisa mendapatkan pembiayaan perdana Rp 2 juta per orang tanpa jaminan aset.

"Jaminannya hanya muka," kata Ratih. Selama nasabah bertemu dengan petugas bank, BTPN Syariah menyalurkan pembiayaan. Pertemuan itu dijadwalkan setiap dua pekan untuk memantau usaha nasabah. Ratih menyadari melayani masyarakat unbankable tidak perlu menanyakan jaminan berupa STNK kendaraan atau sertifikat rumah. "Bagi kami selama (nasabah) mau usaha, mari dilayani," ujarnya.

 

Keterangan Foto: Direktur Utama BTPN Syariah Ratih Rachmawaty/Edy Yusuf/Republika

Simak berita ini dalam video berikut: Perempuan Paham Keuangan Bawa Perubahan

Ketiadaan jaminan itu menuntut BTPN Syariah tidak sekadar menyalurkan pembiayaan. "Kami tetap memegang prinsip kehati-hatian dalam menyalurkan pembiayaan," kata Ratih. Prinsip itu dilakukan dengan pendampingan nasabah perempuan prasejahtera produktif. Program pendampingan dilakukan dengan pemberdayaan lewat penyaluran modal usaha, pelatihan, sistem keanggotaan, dan pembinaan.

Jika setelah satu tahun lancar bayar, nasabah super mikro bisa mendapatkan tambahan pembiayaan. Nasabah bisa mendapatkan pembiayaan hingga maksimum Rp 4 juta di tahun berikutnya. Di tahun ketiga, nasabah juga berhak mendapatkan pembiayaan rumah.

Selama mendapatkan pembiayaan itu, ibu rumah tangga akan mendapat pelatihan. Materi pelatihannya terkait kewirausahaan, kesehatan, dan pengembangan komunitas. Mereka disatukan dalam sistem keanggotaan yang bertemu setiap dua pekan. Nasabah didampingi petugas BTPN Syariah yang dilatih khusus.

BTPN Syariah merekrut hingga 12 ribu karyawan lulusan SMA di seluruh Indonesia untuk mendampingi nasabah super mikro ini. Dengan sebutan Melati Putih Bangsa, karyawan ini mendatangi nasabah setiap dua pekan. "Mereka tidak diperkenankan terlambat hadir dalam pertemuan rutin sentra dan tidak diperkenankan menerima imbalan dalam bentuk apapun," kata Ratih. Karyawan ini juga bertugas memberi edukasi nasabah mengenai pengelolaan keuangan keluarga dan keuangan usaha secara sederhana.

Strategi pemberdayaan perempuan pra-sejahtera mikro terbukti mampu membawa rasio pembiayaan bermasalah atau NPF BTPN Syariah di level rendah yakni sekitar 1,7 persen di kuartal II 2017. Dengan rasio NPF ini, BTPN Syariah telah menyalurkan pembiayaan hingga Rp 5,77 triliun di periode yang sama dan menjangkau hingga 2,77 juta nasabah. Hasil ini turut mendorong aset BTPN Syariah di kuartal II 2017 hingga Rp 8 triliun dengan rasio kecukupan modal 24,8 persen.

Tak hanya bagi bank, manfaat juga dirasakan ibu rumah tangga yang menggunakan jasa pembiayaan BTPN Syariah. Nasabah Binaan BTPN Syariah di Kecamatan Plered Cirebon, Sri Agustin mengaku lebih percaya diri dalam mengembangkan usaha. "Dulunya buruh orderan, sekarang pede (percaya diri)," ujarnya. Dia kini merupakan ketua kelompok pengrajin batik Cahaya Murni Cirebon.

Dari catatan BTPN Syariah, nasabah yang ikut program pemberdayaan selama lebih dari tiga tahun juga mengalami perubahan dalam taraf hidup. Jumlah anak bersekolah naik dari 86 persen menjadi 90 persen. "Banyak juga nasabah kami yang telah mengganti kayu dan minyak tanah sebagai bahan bakar memasak menjadi gas," kata Ratih. Penggunaan minyak tanah oleh nasabah BTPN Syariah itu tercatat turun dari 12 persen menjadi 8 persen. "Ini menandakan program kami memiliki dampak sosial yang nyata," kata dia.

Pembiayaan lewat usaha mikro juga menjadi cara Bank Mandiri Syariah untuk menjangkau pasar perempuan ibu rumah tangga. Strategi ini dijalankan Kantor Cabang Bank Mandiri Syariah wilayah Citeureup Kabupaten Bogor. Hingga September 2017, Kantor Cabang Citeureup menyalurkan pembiayaan ke 271 nasabah dengan outstanding Rp 10,9 miliar. Pelaku usaha mikro ini sebagian besar bergerak dalam bisnis kerajinan kaleng, limbah besi, dan konveksi.

Pelaku usaha mikro mencakup 45 persen dari total pembiayaan yang disalurkan BSM KC Citeureup. Manager Kantor Cabang Bank Mandiri Syariah Citereup, Bogor, Niken Larasati mengungkap ibu rumah tangga mencapai 45 persen dari keseluruhan nasabah pembiayaan mikro tersebut. Sebanyak 40 persennya merupakan ibu rumah tangga produktif.

Dengan menyasar sektor mikro, NPF Kantor Cabang BSM tersebut tidak lebih dari 1 persen. Level rasio pembiayaan bermasalah ini didapatkan BSM tidak hanya dengan sekadar kunjungan rutin untuk mengecek kelancaran angsuran nasabah. "Setiap petugas dibekali materi untuk pendampingan nasabah mulai dari marketing dan keuangan, kiat sukses meningkatkan usaha," ujar Niken. Petugas juga memperkenalkan metode pemasaran dengan membangun jejaring antarnasabah.

Tidak hanya di Bogor, penyaluran pembiayaan sektor mikro telah menjangkau 74 ribu nasabah BSM di seluruh Indonesia pada Agustus 2017. Pembiayaan segmen mikro yang disalurkan mencapai Rp 4,22 triliun. Jumlah itu masuk dalam portofolio pembiayaan UMKM hingga Agustus 2017 yang mencapai 25,09 persen atau sekitar Rp 14,5 triliun dari total pembiayaan Rp 57,86 triliun.

Pembiayaan UMKM dari Bank Mandiri Syariah diberikan dengan jangka waktu maksimal empat tahun. Sekretaris Perusahaan Bank Mandiri Syariah Dharmawan P Hadad mengungkap biasanya pembiayaan itu digunakan untuk modal kerja dan investasi. Beberapa bidang usaha unggulan UMKM yang dibiayai di antaranya usaha bengkel, pedagang pasar, toko kelontong, perdagangan sembako dan rumah makan, serta kesehatan/paramedis. "Perseroan mendukung bidang usaha lain di luar bidang unggulan asal usahanya memenuhi ketentuan," ujarnya.

Konsep yang berbeda dijalankan Bank Permata untuk menjangkau nasabah perempuan. Bank Permata secara khusus merancang program literasi keuangan perempuan lewat Financial Chic-Chat and Workshop sepanjang 2017. Program ini mengundang pembicara perempuan yang berkarya dan berdampak sosial bagi masyarakat untuk berbagi pengalaman dan pemahaman mengenai keuangan. Selain pembicara dari luar, Head Corporate Affairs Bank Permata, Richele Maramis mengatakan Bank Permata menghadirkan narasumber internal perseroan untuk memberi gambaran dan solusi keuangan kepada perempuan. Program itu menggandeng Bintaro Jaya X-Change dan Universitas Pembangunan Jaya yang memiliki basis komunitas perempuan.

Pemilihan perempuan sebagai sasaran program itu berbasis rendahnya tingkat literasi perempuan. "Padahal, 51 persen pengelolaan keuangan keluarga Indonesia dikelola oleh perempuan," kata Richele. Sehingga, peran perempuan dinilai penting dalam memahami keuangan keluarga.

Program literasi keuangan perempuan itu, merupakan percontohan (pilot project) yang dijalankan Bank Permata mulai 2017. Targetnya, informasi dan solusi yang diberikan dalam program tersebut dapat digunakan perempuan untuk mengoptimalkan produk dan layanan Bank Permata.

Selain program percontohan itu, Bank Permata sebenarnya telah memiliki sejumlah program lain untuk literasi keuangan. Namun, program itu tidak secara khusus menyasar perempuan. Program itu dilakukan melalui tanggungjawab sosial perusahaan (CSR) yang menjangkau komunitas pendidikan dari TK, SD, SMP, SMK, guru, hingga komunitas disabilitas.

Berbagai program itu diharapkan Richele bisa membuat Bank Permata menjadi salah satu bank yang turut memberikan pencerahan bagi perempuan agar tingkat literasinya lebih baik. Kontribusi perbankan dalam literasi keuangan diamanatkan dalam Peraturan Otoritas Jasa Keuangan (POJK) Nomor 76 Tahun 2016 tentang Peningkatan Literasi dan Inklusi.

Edukasi keuangan bagi nasabah memang menuntut keseriusan perbankan. Kewajiban semua lembaga keuangan untuk melakukan edukasi yang semula hanya diatur dalam salah satu pasal di peraturan OJK mengenai perlindungan konsumen, kemudian dinaikkan menjadi aturan khusus. "Kami naikkan derajatnya jadi POJK 76 Tahun 2017 mengenai edukasi keuangan, supaya lebih serius, agar industri keuangan lakukan edukasi, bukan jualan," kata Direktur Literasi dan Edukasi Keuangan OJK Horas Tarihoran.

Baca laporan mendalam tentang Literasi Keuangan Perempuan:

1. Perempuan Paham Keuangan Bawa Perubahan

2. Gemar Menabung Ala Emak Cisalak

3. Bank dan Ibu Rumah Tangga Berbagi Sejahtera

4. Sumairah, Bangun Usaha Sejahterakan Tetangga

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement