Rabu 22 Nov 2017 00:16 WIB

Dari Petani Menjelma Pengepul Sukses

Rep: Agus Raharjo/ Red: Dwi Murdaningsih
Sugeng Slamet, debitur bank BCA.
Foto: republika/agus raharjo
Sugeng Slamet, debitur bank BCA.

REPUBLIKA.CO.ID, MALANG -- Tumpukan kotak tersusun rapi di sebuah rumah yang beralamat di Gintung, Bulukerto, Batu, Malang. Kotak-kotak itu dipisah-pisahkan. Beberapa kotak sebagai wadah apel jenis 'Rome Beauty', di sisi lain, terlihat apel jenis Manalagi.

Seorang pria terlihat sedang sibuk memilah dan memilih buah apel. Sesekali dia meletakkan apel di kotak sebelah kirinya, seringnya ke kotak sebelah kanan. Kotak sebelah kiri, merupakan apel berkualitas super, yang akan disetor ke supermarket. Sedangkan kotak di sebelah kiri, apel dengan kualitas biasa yang dijual di pasaran lokal.

Aktivitas pemilahan apel ini terjadi di Usaha Dagang (UD) Gelora, milik Sugeng Slamet. Pemilahan kualitas apel hanya satu dari beberapa jenis kegiatan di usaha yang mulai dirintisnya sejak 1991. Awalnya, Sugeng memulai usaha sebagai petani apel di daerah Nongkojajar, Batu, Malang. Kini, selain memiliki 24 hektare lahan apel, Sugeng juga hampir meresmikan pabrik pengolahan makanan miliknya.

Sugeng mengisahkan, pada awal memulai usaha, dia mujur. Sebagai nasabah lama KPR BCA, dia mendapat tawaran pinjaman bunga ringan dari BCA cabang Batu. “Kita berpikir kok bunganya ringan, enak, terus kita dipinjamkan itu,” kata Sugeng ditemui di kediamannya, pekan lalu.

“Bunga saat itu 0,6 persen per bulan,” kata dia.

Dari pinjaman BCA Kantor Cabang Pembantu Batu ini, Sugeng berinisiatif untuk mengembangkan usahanya bukan hanya pada pertanian. Dia mulai merambah pemasaran, yaitu fokus untuk menggaet pasar untuk membantu petani buah apel di Malang. Pemasaran ini bukan hanya soal menjual, melalui UD Gelora, buah apel dikemas dengan packaging menarik untuk didistribusikan sesuai kelas.

Kini, UD Gelora menjalin mitra dengan sekitar 350 petani di Malang. Sugeng juga mempekerjakan 60-an karyawan. Tak hanya itu, Sugeng saat ini memiliki 24 hektare lahan perkebunan buah. Paling banyak UD Gelora bermitra dengan petani dari daerah Bujon, Batu dan Nukojajan. Sugeng berperan sebagai pengepul buah dari petani yang bermitra dengannya. Sugeng dan UD Gelora hanya salah satu unit usaha yang memerankan fungsi pengepul ini.

Sugeng membangun sistem kerja. Melalui UD Gelora, dia memberi pinjaman pada petani apel kecil yang rata-rata hanya memiliki lahan tak lebih dari 1 hektare. Hasil panen apel mereka harus disetor ke UD Gelora untuk dikemas dan didistribusikan. Sistem ini ternyata mampu menyelamatkan petani buah di Malang. Ancaman paling besar terjadi saat musim panen raya. Saat buah melimpah, tapi tak terdistribusikan dengan bagus, petani akan merugi.

Data Badan Pusat Statistik (BPS) Kota Batu mencatat, pada 2016 lalu, jumlah produksi apel mencapai 542.106 ton. Jumlah ini terbagi dalam empat triwulan. Yaitu, 163.012 ton di Triwulan I, 105.656 ton di Triwulan II, 127.076 ton di Triwulan III dan 146.362 ton di Triwulan IV. Seluruh apel tersebut dihasilkan dari sekitar 2,1 juta tanaman.

 “Dulunya pasarnya bebas, enggak ada tempat penampungan. Pas panen raya enggak ada yang ambil, pasti membuang. Sekarang ada yang nampung,” kata Sugeng.

Dalam sehari UD Gelora mampu mendistribusikan sekitar 6 ton buah apel ke seluruh Indonesia. Jumlah itu baru setengah dari jumlah panen petani dalam sehari yang mencapai 10-12 ton.

Saat ini, Sugeng mulai menatap peluang bisnis yang lebih luas. Dia mulai melirik bisnis pengolahan makanan, seperti pembuatan sari buah atau kripik buah. Sugeng sudah memulai pembangunan pabrik pengolahan makanan miliknya seluas 2800 hektare. Targetnya, pabrik ini dapat mulai beroperasi pada 2018 nanti. Pabrik ini menelan biaya investasi senilai Rp 1,5 miliar. Sugeng merasa masih beruntung, karena sebagian investasi pabrik juga diperoleh dari pinjaman BCA. Dana pinjaman dari BCA sudah turun sekitar Rp 800 juta sampai saat ini.

Senior Vice President Divisi Bisnis Komersial dan SME BCA, Daniel Darmawan menuturkan, Sugeng merupakan contoh pengusaha Usaha Kecil Menengah (UKM) yang didukung BCA. Dulu, Sugeng adalah debitur KPR BCA tahun 2002. Hubungan yang bagus dengan BCA KCP Batu membuat Sugeng bisa menikmati Kredit Usaha Kecil (KUK) BCA dengan plafon Rp 300 juta.

Kredit itu digunakan untuk mengembangkan usaha pengepul buah-buahan. Dari usahanya bertani apel di Nongkojajar sejak 1991, usaha Sugeng berkembang menjadi pengepul pada 1999. Fokus usaha Sugeng adalah pengepul apel dan jeruk dari daerah Malang dan sekitarnya. Saat ini, jumlah plafon yang bisa diterima oleh Sugeng sudah lebih dari Rp 300 juta. Daniel mengatakan, BCA menyediakan KUK dengan plafon maksimal Rp 1 miliar dengan bunga menarik untuk mengembangkan usaha bagi UKM.

"Kami ingin para pengusaha UKM dapat turut berkembangn bersama dengan BCA,” kata Daniel.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement