REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) resmi bekerja sama dengan PT Phapros (Perserok) Tbk, untuk mengembangkan industri bahan baku obat dan ekstrak di Gedung BPPT, Jl Thamrin Nomor 8 pada Senin (20/11). Kerja sama tersebut dibangun untuk mempercepat kemandirian Indonesia dalam penyediaan bahan baku obat.
"Belum banyak yang tahu, hingga saat ini untuk bahan obat itu pati itu seratus persen impor dari Australia. Lalu lebih dari 95 persen bahan baku obat harus diimpor, terutama dari Cina dan India," kata Bidang Teknologi Agroindustri dan Bioteknologi -Eng. Eniya Listiani Dewi di Gedung BPPT, Senin (20/11).
Eniya menyebut, faktor utama penyebab industri bahan baku di dalam negeri tidak atau belum berkembang, karena terlalu beragamnya jenis bahan baku yang dibutuhkan industri farmasi. Karena itu, dengan adanya kerja sama dengan PT Phapros diharapkan akan melahirkan inovasi.
"Ini juga salah satu upaya kita mendukung dan menselaraskan program Kementerian Kesehatan yang mendukung bahan baku obat untuk menjadi salahsatu peluang bisnis juga di industri farmasi," kata dia.
Kepala BPPT Unggul Priyanto menegaskan, pasca kerjasama dengan PT Phapros itu, BPPT akan terus mengkaji bahan baku obat berbasis sumberdaya alam Indonesia. Beberapa yang telah dikembangkan adalah bahan baku desktrosa monohidrat (DMH) dari Pati dan bahan baku ekstrak dari tanaman obat.
"Diharapkan dengan strategi pengembangan ini, kita bisa mengejar ketertinggalannya dengan industri bahan baku obat di luar negeri dan yang terpenting mampu mengurangi ketergantungan dengan produk impor," kata Unggul.