REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA -- PT Bank Negara Indonesia Tbk menyatakan, kinerja bisnis treasuri perseroan cukup positif tahun ini. Pasalnya, telah memenuhi 109 persen dari target yang ditetapkan di awal.
Direktur Treasuri dan International BNI Panji Irawan mengatakan, sampai kuartal III 2017, pendapatan sebelum pajak bisnis treasuri, inernational, dan Dana Pensiun Lembaga Keuangan (DPLK) BNI mencapai Rp 3,75 triliun. Dengan begitu, kata dia, ketiga divisi tersebut berkontribusi sebanyak 30 persen terhadap total laba BNI.
Sebelumnya, BNI telah mengumumkan laba bersih perseroan sampai September tahun ini sebesar Rp 12,21 triliun. "Kinerja di sektor ini dari setiap divisi sangat optimal terutama dalam tiga tahun terakhir," ujar Panji kepada wartawan di Jakarta, Kamis, (16/11).
Ia merincikan, pendapatan berbasis komisi atau fee based income (FBI) dari bisnis treasuri, international, dan DPLK telah menembus Rp 2,39 triliun. Jumlah itu telah tercapai 110 persen dari target.
Bahkan, volume bisnis treasuri keseluruhan mencapai 276 miliar dolar AS. "Jadi ada sekitar 1,5 miliar dolar AS dana yang keluar masuk di bisnis treasuri BNI setiap hari," katanya.
Bisnis Treasuri BNI, kata Panji, diperkuat dengan layanan bank notes, forex, fix income, dan money market. Berdasarkan catatan perseroan, bisnis penukaran mata uang asing atau forex BNI naik 10 persen menjadi 113,32 juta dolar AS per Desember 2017, lebih tinggi dari periode sebelumnya tahun lalu yang hanya 96,24 juta dolar AS.
Sementara untuk fixed income, BNI lewat transaksi surat berharga, selama tiga tahun terakhir rata-rata meningkat empat persen. Dengan begitu nilai transaksinya per Sepember 2017 mencapai Rp 84,46 triliun atau naik 13,19 persen year on year (yoy).
Lalu di bisnis money market rata-rata naik 18,9 persen dalam dua tahun terakhir. Sedangkan secara tahunan tumbuh 41,34 persen dengan total transaksi menembus Rp 2.123,3 triliun.
Sebagai informasi, BNI memiliki delapan kantor cabang di luar negeri. Dengan begitu, bank berpelat merah ini menjadi bank milik negara (BUMN) yang paling banyak memiliki kantor cabang di luar negeri.