REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Wakil Presiden Republik Indonesia Jusuf Kalla mengatakan, perkembangan ekonomi digital tidak mungkin dihentikan karena telah menjadi tren di masyarakat dan pertumbuhannya cukup pesat. Menurutnya, pertumbuhan ekonomi digital sebetulnya hanya menggeser pola perdagangan barang/jasa dari konvensional ke online.
"Digital economy tidak mungkin untuk dihentikan karena itu merupakan suatu keniscayaan, tapi jangan lupa satu kegiatan itu sebenarnya hanya menggeser satu kegiatan lainnya, mengkreasikan kegiatan lainnya," ujar Jusuf Kalla di kantornya, Selasa (14/11).
Jusuf Kalla mencontohkan, layanan transportasi online seperti Gojek memang telah menggeser kegiatan bagi ojek pangkalan. Namun, seiring dengan pertumbuhannya maka jumlah driver Gojek bertambah lebih banyak. Bahkan, kini ojek pangkalan mulai ikut bergabung dengan layanan jasa transportasi online tersebut.
Di sisi lain, kini banyak perusahaan yang beralih menggunakan e-commerce ketimbang membuka toko secara fisik. Selain itu, terdapat perubahan pola belanja di kalangan masyarakat yang lebih banyak melakukan transaksi melalui online. Menurut Jusuf Kalla, memang toko konvensional bisa terkena dampak dari ekonomi digital ini dan terjadi pengurangan pegawai. Namun, perlu diingat bahwa usaha logistik akan maju akibat adanya perubahan tersebut. Oleh karena itu, Jusuf Kalla meminta agar masyarakat tidak perlu khawatir dengan berkurangnya lapangan pekerjaan akibat pertumbuhan ekonomi digital.
"Jadi digital itu memang menggeser pekerjaan lain, tapi membuka usaha baru. Di mana-mana begitu," kata Jusuf Kalla.
Jusuf Kalla mengatakan, pemerintah akan melakukan revisi dan perbaikan regulasi untuk mendukung ekonomi digital ini, termasuk dari sisi perpajakannya. Selain itu, pasar tenaga kerja juga harus jeli melihat peluang pertumbuhan ekonomi digital ini dengan mempersiapkan sumber daya manusianya. Hal itu misalnya melalui pendidikan vokasi.