REPUBLIKA.CO.ID, LONDON -- Spekulasi keberlanjutan kepemimpinan Teresa May menekan nilai tukar poundsterling. Apalagi, 40 anggota parlemen dari kubu Konservatif sepakat menyampaikan surat ketiakpercayaan terhadap Perdana Menteri Inggris itu.
Poundsterling turun 0,64 persen terhadap dolar AS ke level 1,3105 dolar AS dan turun 0,62 persen terhadap euro ke level 1,1238 euro. Indeks saham gabungan Inggris, FTSE 100, turun 17,81 poin ke level 7.415,18.
Menurut analis CMC Market David Madden, poundsterling harus tertekaan karena pelaku pasar masih bertanya sampai kapan May akan berkantor di Downing Street. ''Meski parlemen melawan kepemimpinan May dan meski itu belum terlihat, isu yang beredar saja sudah cukup membuat poundsterling dalam tekanan,'' kata Madden seperti dikutip BCC, Selasa (14/11).
Di luar FTSE 100, saham-saham Ultra Electronics juga turun hampir 20 persen setelah kontraktor pertahanan itu diturunkan prospeknya setelah pemimpin perusahaan itu hengkang. Akhir pekan lalu, sahan Ultra masuk ke 10 terendah saat perusahaan ini mengumumkan penundaan pembelian Sparton AS.
Ultra mengakui, pasar Inggris kian berat di paruh ke dua 2017 ini akibat pengetatan anggaran. Akibatnya, CEO Ultra Rakesh Sharma mundur.