REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Nilai tukar rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta, Senin pagi, bergerak menguat tipis satu poin menjadi Rp 13.542 dibandingkan sebelumnya pada posisi Rp 13.543 per dolar AS.
"Pergerakan rupiah mendatar dengan kecenderungan menguat di tengah perkiraan pelaku pasar terhadap kemungkinan tertundanya pembahasan reformasi perpajakan Amerika Serikat," kata Analis Binaartha Sekuritas Reza Priyambada di Jakarta, Senin (13/11).
Ia mengemukakan bahwa anggota Senat Amerika Serikat dari Partai Republik mengumumkan proposal pajak yang berbeda dengan RUU yang diajukan mitranya di parlemen dalam beberapa aspek.
"Perbedaan tersebut termasuk mengenai perlakuan tarif pajak perusahaan, pemotongan pajak untuk pajak negara bagian dan regional, serta pajak pertanahan. Para Senat AS mengajukan proposal pemangkasan tarif pajak perusahaan menjadi 20 persen dari 35 persen. Akan tetapi, mereka menginginkan realisasi rencana tersebut dimulai tahun 2019," katanya.
Ia mengharapkan sentimen dari dalam negeri yang masih cukup kondusif menyusul Neraca Pembayaran Indonesia (NPI) kuartal III 2017 yang mengalami surplus dapat menjaga kinerja mata uang domestik.
"NPI itu ditopang oleh penurunan defisit transaksi berjalan dan peningkatan surplus transaksi modal dan finansial," katanya.
Bank Indonesia menyampaikan surplus NPI kuartal III 2017 tercatat 5,4 miliar dolar AS, meningkat signifikan dibandingkan dengan surplus kuartal II 2017 sebesar 0,7 miliar dolar AS. Surplus NPI itu mendorong peningkatan posisi cadangan devisa dari 123,1 miliar dolar AS pada akhir kuartal II 2017 menjadi 129,4 miliar dolar AS pada akhir kuartal III 2017.
Sementara itu, defisit transaksi berjalan tercatat sebesar 4,3 miliar dolar AS (1,65 persen PDB), membaik dari defisit pada kuartal sebelumnya yang sebesar 4,8 miliar dolar AS (1,91 persen PDB), seiring dengan kenaikan surplus neraca perdagangan barang dan penurunan defisit neraca pendapatan primer.