REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA -- PT Bank Negara Indonesia Tbk (BNI) menyatakan, kehadiran financial technology (fintech) menjadi tantangan bagi dunia perbankan. Pasalnya, fintech kini cukup mendapatkan porsi dari transaksi keuangan secara keseluruhan.
"Mereka (fintech) lagi gencar melakukan (perluasan bisnis) dengan berbagai metode pembayaran. Fintech-fintech saat ini agresif, contohnya Gojek dengan Gopay-nya walau nggak dapat izin mereka akuisisi perusahaan yang sudah dapat izin," ujar Direktur Bisnis Menengah BNI Putrama Wahyu Setiawan kepada wartawan di Kantor Pusat BNI, Jakarta, Rabu, (8/11).
Maka, menurutnya bank perlu menjawab tantangan itu. Hal itu agar pangsa pasar bank, terutama BNI tidak tergerus oleh fintech. Apalagi, kata dia, profil nasabah BNI sebanyak 62 persen merupakan generasi milenial.
"Jadi mau tidak mau, ini bank kudu berubah berupaya bikin nasabah lebih mudah dan nyaman. Saya kira tidak hanya BNI tapi bank juga terganggu dengan fintech, dalam arti tertantang untuk berikan layanan lebih," tutur Putrama.
BNI pun berencana mengakuisisi perusahaan modal ventura demi masuk ke segmen fintech. Hanya saja saat ini masih menimbang seberapa besar pembiayaan modal ventura terhadap fintech.
"Kalau menurut saya, mending memakai strategi anorganik. Jadi kalau sudah terbukti bagus, kenapa nggak kita panen langsung. Maka kenapa tidak kita akuisisi saja, meski butuh dana lebih mahal tapi risiko kegagalan sudah diminimalisir," jelas Putrama.
Lebih lanjut, ia mengungkapkan, ke depan BNI akan meluncurkan sebuah kejutan untuk menjawab tantangan fintech. "Akan ada sistem yang sangat mudah digunakan. Tunggu saja, ini akan jadi yang pertama di Indonesia," tegasnya.
Meski begitu, Putrama masih enggan menyebutkan waktu pasti peluncurannya. Saat ditanya wartawan mengenai kemungkinan diluncurkan tahun ini, ia hanya tersenyum.