REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Nilai tukar rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta, Selasa pagi (7/11), bergerak menguat 28 poin menjadi Rp 13.496 dibandingkan sebelumnya pada posisi Rp 13.524 per dolar Amerika Serikat (AS).
Analis Binaartha Sekuritas Reza Priyambada mengatakan mata uang rupiah mengalami apresiasi terhadap dolar AS seiring respons positif pelaku pasar terhadap produk domestik bruto (PDB) kuartal ketiga.
Badan Pusat Statistik (BPS) mengumumkan pertumbuhan ekonomi Indonesia di kuartal III 2017 sebesar 5,06 persen (yoy) atau secara kumulatif dari awal tahun hingga akhir kuartal III dibandingkan periode sama tahun lalu sebesar 5,03 persen (c-t-c).
"Sebagian pelaku pasar uang masih merespons positif pertumbuhan itu meski di bawah estimasi kalangan analis yang 5,13 persen," kata Reza di Jakarta, Selasa.
Ia mengatakan kebijakan Bank Indonesia yang telah menurunkan tingkat suku bunga acuan (BI 7-Day Repo Rate) diharapkan dapat segera terasa dampaknya pada perekonmian nasional. "Selain itu, percepatan proyek infrastruktur juga diharapkan segera terasa dampaknya," katanya.
Sementara itu, Kepala Riset Monex Investindo Futures, Ariston Tjendra menyatakan harga minyak mentah dunia yang berada dalam tren penguatan turut menjadi salah satu faktor yang menjaga fluktuasi rupiah. Menurutnya, harga minyak yang positif itu merespons penurunan produksi minyak di Amerika Serikat. Berkurangnya produksi AS berbarengan dengan akan disepakatinya perpanjangan waktu pemotongan produksi antara negara-negara penghasil minyak