Jumat 03 Nov 2017 18:05 WIB

Sektor Industri Jadi Pendorong Kenaikan Konsumsi Listrik

Rep: Dadang Kurnia/ Red: Gita Amanda
Jaringan listrik PLN, ilustrasi
Jaringan listrik PLN, ilustrasi

REPUBLIKA.CO.ID, SURABAYA -- Manajer Komunikasi Hukum dan Adminitrasi Perusahaan Listrik Negara (PLN) Distribusi Jawa Timur (Jatim), Wisnu Yulianto, mengungkapkan hingga September 2017 PT PLN (Persero) Distribusi Jatim mencatat kenaikan konsumsi listrik masyarakat hingga 15,2 persen. Artinya, konsumsi listrik sejak Januari 2017 hingga September 2017 sebesar 25.165 Giga Watt Hour (GWH), di mana pada periode yang sama di tahun sebelumnya hanya mencapai 24.432 GWH.
 
Wisnu menjelaskan, kenaikan ini diakibatkan terjadinya peningkatnya perekonomian masyarakat sehingga berimbas pada kenaikan konsumsi listrik. "Penjualan listrik pada 2016 mencapai Rp 22,9 triliun, tahun ini naik menjadi Rp 26,4 triliun, di mana selisih kenaikan sebesar Rp 3,5 triliun," kata Wisnu di Surabaya, Jumat (3/11).
 
Wisnu menjelaskan, daerah dengan konsumsi listrik terbesar adalah Surabaya bagian barat. Kemudian, diikuti Pasuruan, Mojokerto, Bojonegoro dan Sidoarjo. Tingginya konsumsi listrik di sana, karena daerah tersebut merupakan kantong industri.
 
Wisnu melanjutkan, sektor industri memang menjadi penyumbang utama penjualan listrik di Jatim, dengan total sebanyak  20.917 pelanggan, atau 0,20 persen. "Secara jumlah kecil, namun kontribusinya terhadap penjualan kami sangat tinggi mencapai sekitar 80 persen," ujar Wisnu.
 
Sementara itu, pelanggan terbesar PLN Jatim didominasi golongan rumah tangga yang mencapai 9,77 juta pelanggan atau 91 persen dari total pelanggan. Kemudian diurutan dua adalah pelanggan bisnis yang mencapai 579.168 pelanggan atau lima persen dari total pelanggan.
 
"Pelanggan sosial 271.972 pelanggan atau tiga persen, dan sisanya adalah pelanggan pemerintah yang hanya 57.593 pelanggan atau satu persen, kata Wisnu.
 
Wisnu menambahkan, total daya yang ada di PLN Distribusi Jatim sampai saat ini mencapai 8.600 MW dengan beban puncak rata-rata mencapai 5.300 MW. Sehingga masih ada surplus sebesar 3.300 MW.
 
"Surplus yang kita punya sebagian dikirim untuk memenuhi kebutuhan listrik wilayah Barat, seperti Jawa Tengah dan Jawa Barat sebesar 1.300 MW dan untuk memenuhi kebutuhan listrik di Bali sebesar 300 MW, ujar Wisnu.

 

 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement