REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Adira Finance mencetak laba bersih periode sembilan bulan pada 2017 sebesar Rp 1,1 triliun. Laba tersebut naik 21 persen dibandingkan periode yang sama tahun lalu yang sebesar Rp 904 miliar.
Direktur Utama Adira Finance, Hafid Hadeli, mengatakan kenaikan laba bersih ini didorong oleh peningkatan pendapatan karena pertumbuhan pada penyaluran pembiayaan baru dan penurunan biaya pendanaan.
Secara keseluruhan, total pendapatan Perusahaan tercatat tumbuh 8 persen menjadi Rp 6,7 triliun hingga September 2017. Selain itu, total beban Perusahaan naik 2 persen dibandingkan periode yang sama tahun lalu menjadi Rp 5,1 triliun.
"Meskipun terjadi kenaikan pada beban operasional, yang terutamanya didorong oleh naiknya beban tenaga kerja karena kenaikan UMP, namun beban bunga dan keuangan (cost of funds) mengalami penurunan juga karena kondisi pasar keuangan yang lebih favorable disertai dengan strategi diversifikasi sumber pendanaan perusahaan," jelas Hafid Hadeli melalui siaran pers, Jumat (3/11).
Hafid Hadeli menyebut, pembiayaan baru kendaraan bermotor Adira Finance pada kuartal III 2017 mencapai Rp 23,8 triliun atau naik 8 persen (yoy) dibandingkan periode yang sama tahun lalu. Dari total penyaluran pembiayaan baru sebesar Rp 23,8 triliun tersebut, portofolio sepeda motor yang disalurkan sebesar Rp 13,4 triliun. Selanjutnya, portofolio mobil sebesar Rp 9,8 triliun dan barang rumah tangga (durables) sejumlah Rp 605 miliar.
Dengan demikian, pembiayaan sepeda motor merupakan kontributor utama pembiayaan baru Adira Finance, yakni sebesar 56 persen, diikuti oleh pembiayaan mobil sebesar 41 persen dan sisanya barang-barang rumah tangga (durables). "Pendorong pertumbuhan penyaluran pembiayaan yang terbesar pada produk sepeda motor bekas dan mobil baru," kata Hafid Hadeli.
Dia menambahkan, secara pangsa pasar, jumlah unit sepeda motor baru dan mobil baru yang dibiayai Adira Finance terhadap penjualan industri domestik masing-masing berada pada level 11,2 persen dan 4,2 persen.