Ahad 29 Oct 2017 03:39 WIB

Perubahan Pola Belanja di Zaman Now

Rep: fergi nadira b/ Red: Budi Raharjo
Sejumlah calon pembeli berdiri mengantre di depan pintu masuk pusat perbelanjaan Lotus yang masih tertutup untuk berbelanja barang dengan potongan harga di Jalan K.H. Wahid Hasyim, Jakarta Pusat, Rabu (25/10).
Foto: Antara/Widodo S Jusuf
Sejumlah calon pembeli berdiri mengantre di depan pintu masuk pusat perbelanjaan Lotus yang masih tertutup untuk berbelanja barang dengan potongan harga di Jalan K.H. Wahid Hasyim, Jakarta Pusat, Rabu (25/10).

REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA - Perubahan pola konsumsi masyarakat saat ini menuju era digitalisasi. Bukan hanya di Indonesia, secara global saat ini mulai terasa perubahan yang membuat beberapa departemen store toko fisik (offline) dunia berhenti operasi. Perkembangan teknologi yang semakin cepat membuat pebisnis mencari celah mengikuti perubahan zaman.

Wakil Ketua Umum Bidang Perdagangan, Jaringan Pengusaha Nasional (Japnas) Masbukhin Pradana mengatakan perkembangan teknologi tidak akan berhenti bahkan akan terus berkembang. Masyarakat mau tidak mau wajib mengikuti perubahan ini dan berusaha dengan cepat masuk ke dalamnya. Digitalisasi menjadi momok baru untuk pembelajaran kehidupan manusia saat ini.

"Bahkan dua sampai tiga tahun lagi, eranya sudah 4G sampai 5G, sudah diuji coba di Amerika, dan akan masuk dengan cepat ke Indonesia," ujar Masbukhin pada acara diskusi di Jakarta, Sabtu (27/10).

JIka bisa dikatakan, era digital saat ini, memang semuanya apapun yang ada di depan mata menggunakan internet. "Kita butuhnya kuota internet saat ini, bukan apa-apa lagi," ujarnya. Apapun itu masyarakat memiliki celah dan kuncinya adalah sinergi. Oleh karena itu masyarkat berpeluang pada bisnis antara yang besar dan yang kecil.

Meskipun begitu bisnis online juga bersaing. Pangsa online yang kecil-kecil bersaing dengan online yang sudah meraja di Indonesia. Keuntungannya saja untuk satu tahun di Bukalapak mencapai tujuh kali lipat dari penjualan sebelumnya.

Bahkan Tokopedia memberikan secara terbuka keuntungan yang mereka peroleh mencapai Rp 1 triliun. Hal tersebut memberikan persaingan pula antara bisnis online yang baru menapaki langkahnya di dunia digital.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement