REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- PT Bank Central Asia Tbk menyatakan bersedia ikut proyek pembangunan Light Rail Transit (LRT). Hanya saja harus ada jaminan pemerintah (government guarantee).
Perseroan pun menyebutkan, belum sampai tahap final dalam menentukan alokasi dana untuk proyek tersebut. Meski demikian, pemerintah telah meminta BCA agar berkontribusi sekitar Rp 4 triliun untuk pembiayaan LRT.
"Kita pertimbangkan (untuk proyek LRT) Rp 3 sampai Rp 4 triliun," ujar Presiden Direktur BCA Jahja Setiaatmadja kepada wartawan, Kamis sore, (27/10).
Menurutnya, secara umum memang tidak mudah membiayai proyek transportasi publik karena harus ada subsidi dari pemerintah. Secara keseluruhan, tahun ini BCA sudah mengalokasikan dana sekitar Rp 15 sampai Rp 20 triliun untuk masuk ke pembiayaan infrastruktur. Beberapa di antara proyek infrastruktur yang sudah dibiayai perusahaan yaitu jalan tol.
"Ada beberapa tuh kalau jalan tol di-mix dengan di Sulawesi lalu ada beberapa lokasi, Bakauheni ada juga. Banyak jalan tol kita, sekarang sedang kita bicarakan kondisinya," kata Jahja.
Ia berharap, ke depan sektor infrastruktur bisa menopang pertumbuhan kredit. "Kalau hasil final infrastruktur baru bisa dirasakan belakangan ketika sudah jadi tiga sampai empat tahun lagi. Jadi sekarang kita harapkan sektor kontraktor dan yang related dengan infrastruktur seperti semen, batu, dan besi bisa berkembang supaya bisa sebabkan kebutuhan kredit," kata Jahja.
Bila kebutuhan kredit dari sektor infrastruktur meningkat, maka dapat mendorong pertumbuhan kredit. Dengan begitu tahun depan pertumbuhan ekonomi bisa berjalan di Kisaran 5 sampai 5,4 persen.
Advertisement