Senin 23 Oct 2017 17:44 WIB

Harga Beras Tinggi Diduga Gabah Lampung Dijual Keluar

Rep: Mursalin Yasland/ Red: Budi Raharjo
Petani menjemur gabah. (ilustrasi)
Foto: Republika/ Edi Yusuf
Petani menjemur gabah. (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID,BANDAR LAMPUNG -- Para penjual beras di pasar tradisional Kota Bandar Lampung terus menaikkan harga beras eceran, meski pemerintah telah mematok harga eceran tertinggi (HET) di Lampung Rp 9.450 per kg (kualitas medium) dan Rp 12.800 per kg (premium). Kenaikan harga beras disinyalir gabah petani dijual ke luar Lampung.

Beberapa penjual beras partai besar di Pasar Pasir Gintung dan Pasar Induk Tamin, Senin (23/10), mengaku harga beras akan terus mengalami kenaikan secara simultan, karena harga bergantung dengan stok gabah yang ada di petani dan penggilingan. Saat belum musim panen, banyak petani menjual gabahnya kepada tengkulak untuk dijual kembali ke luar Lampung dengan harga bersaing.

"Wajar kalau harga beras naik terus. Soalnya, gabah petani dan penggilingan sudah menipis. Gabah yang ada dijual ke luar Lampung ke Jawa," kata Wisman, penjual beras di Pasar Pasir Gintung.

Hal tersebut setelah ia mendapat informasi dari relasi agen beras yang ada di sentra-sentra produksi gabah di Lampung. Menurut dia, para tengkulak luar bergerilya mencari sisa gabah petani dengan menawarkan harga bersaing. Gabah-gabah petani tersebut akan dijual keluar Lampung dengan harga yang lebih tinggi.

"Akhirnya stok gabah di Penggilingan menipis, harga beras jelas naik terus, karena gabah sulit didapat, panen belum musim," katanya.

Pemantauan harga beras di pasar tradisional Kota Bandar Lampung telah melebihi HET pemerintah. Beras kualitas premium tertinggi berbagai merek mencapai Rp 13.500 per kg. Sedangkan beras kualitas medium mencapai Rp 11.800, beras asalan mencapai Rp 9.800 per kg.

Pedagang di pasar banyak tidak lagi mematuhi ketentuan yang telah ditetapkan pemerintah penjualan beras kualitas premium tidak lebih dari HET. Pedagang menaikkan harga beras berdasarkan kondisi harga dari agen berasnya, bukan dengan patokan. "Kalau harga beras tidak bisa dipatok dan ditentukan. Semua berdasarkan kondisi di pasar," kata Rudi, penjual beras di Pasar Tamin.

Sekretaris Daerah Provinsi (Sekdaprov) Lampung Sutono mengakui masih adanya pedagang dan pasar modern yang menjual beras di atas HET, belakangan ini. Ia berharap harga beras yang tinggi bisa ditekan asalkan gabah petani tidak dijual atau dibawa keluar Lampung.

Hal yang terpenting, ia mengatakan pihaknya tetap mencegah gabah dari Lampung tidak dibawa ke luar Lampung. Menurut dia, gabah dari Lampung tetap akan diperlukan untuk kebutuhan Lampung, bukan kebutuhan di luar provinsi. "Bila gabah dibawa ke luar Lampung, maka harga akan berubah menjadi tinggi," katanya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement