REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA -- Indeks properti nasional naik tipis 0,4 persen (kuartal ke kuartal) pada kuartal I 2017 dan berlanjut pada kuartal II tumbuh sebesar 0,97 persen. Pada kuartal III pasar properti terlihat stabil.
Head of Marketing Rumah.Com Narsum Ike Hamdan mengatakan pasar properti menunjukkan tanda-tanda pemulihan tetapi penjual masih memperhatikan daya beli konsumen. "Hal ini menunjukkan bahwa pasar properti sedang berada pada fase soft market," ujar dia di Jakarta.
Sementara di sisi volume suplai properti, indeks menunjukkan sedikit fluktuasi di mana pada kuartal I mencatat kenaikan sebesar 11,4 persen, selanjutnya mengalami penurunan sebesar 2,1 persen pada kuartal 2017. Pada kuartal III 2017 suplai pulih dan meningkat hingga sebesar 10,7 persen. Secara year-on-year, kenaikan pada kuartal III mencapai 23 persen.
Peningkatan suplai properti ini, ujar Ike, mengindikasikan penjual lebih percaya diri dengan situasi pasar properti pada kuartal III. Semakin banyaknya suplai membuat konsumen semakin mudah menentukan pilihan residensial, baik berdasarkan lokasi, harga, dan jenisnya.
Perilaku konsumen properti
Di sisi perilaku konsumen, Rumah.com Property Affordability Sentiment Index H2-2017 mencatat berbagai isu terkait properti. Kepemilikan rumah bukanlah hal yang ekslusif lagi, karena 69 persen responden mengaku sudah memiliki rumah dan 29 persen di antaranya memiliki lebih dari satu rumah.
"Properti, khususnya residensial, yang diminati masih berkisar pada properti kelas menengah, dengan sistem pembayaran yang diminati adalah cicilan jangka panjang," kata Ike.
Iklim properti nasional di tahun 2017 memuaskan, dinyatakan oleh 63 persen responden. Sementara 54 persen responden mengaku puas dengan usaha pemerintah untuk membuat harga rumah lebih terjangkau.
Rumah tapak cluster sebagai pilihan tipe properti yang akan dibeli, dinyatakan oleh 97 persen responden. Sementara rumah tapak cluster (perumahan) dianggap lebih aman dibandingkan apartemen ataupun rumah non-cluster.
Apartemen sebagai pilihan tipe rumah yang akan dibeli, dinyatakan oleh 57 persen responden. Jumlah ini meningkat 35 persen dari survei semester kedua 2016.
Menurut Ike, Jabodetabek masih menjadi lokasi incaran bagi responden yang membeli rumah, dengan Jakarta berada pada posisi teratas, disusul Bogor. Di luar Jabodetabek, Bandung menjadi kota favorit, selanjutnya Surabaya dan Semarang.
Makro ekonomi dan kredit properti
Data Bank Indonesia menunjukkan realisasi pertumbuhan ekonomi pada kuartal kedua 2017 mencapai 5,01 persen (year-on-year). Realisasi ini lebih rendah dibandingkan periode yang sama tahun 2016 sebesar 5,18 persen. Sementara target pertumbuhan ekonomi tahunan BI adalah 5,2 persen.
Pertumbuhan Produk Domestik Bruto (PDB) diprediksi stabil sepanjang 2017. Konsumsi pribadi menjadi fondasinya. Belanja negara untuk infrastruktur meningkat. Investasi swasta mengalami pertumbuhan, walaupun secara bertahap.
Bank Indonesia mencatat indikasi peningkatan pertumbuhan kredit baru pada kuartal II 2017. Rasio KPR terhadap GDP pada 2016 tercatat sebesar 2,8 persen. Rasio ini lebih kecil jika dibandingkan dengan Singapura yang mencapai 45,9 persen, Malaysia (37,8 persen), Thailand (22,3 persen), dan Filipina (3,3 persen).
Tinjauan pasar properti 2018
Kebijakan-kebijakan pemerintah berdampak positif pada optimisme terhadap target pertumbuhan ekonomi nasional sebesar 5,2 persen. Kondisi ekonomi diperkirakan akan stabil hingga akhir tahun jika pemerintah tetap konsisten menjalankan kebijakan yang berlaku.
Ike mengatakan, pasar properti nasional pada 2018 diperkirakan akan lebih positif, melanjutkan tren yang telah terbentuk sepanjang semester pertama 2017. Di sisi suplai, perlambatan pasar properti pada pertengahan 2018 sebagai dampak Hari Raya Idul Fitri serta Pilkada Serentak 2018 mungkin terjadi. "Begitu juga menjelang Pemilu Legislatif dan Pemilihan Presiden 2019," kata dia.
Rumah.com Property Price Index diperkirakan akan mengalami pertumbuhan pada kisaran 3-5 persen (year-on-year) pada akhir 2018. Sementara Rumah.com Property Supply Index diperkirakan akan mengalami pertumbuhan pada kisaran 15-20 persen (year-on-year) pada akhir 2018.
Sementara di sisi permintaan, kepuasan masyarakat terhadap kinerja pemerintah membuat optimisme konsumen dalam membeli rumah pada 2018 masih tetap tinggi. Porsi permintaan terbesar akan datang dari rumah tipe menengah dengan harga di bawah Rp700 Juta.
Konsumen akan mencari perumahan tipe klaster, terutama di wilayah satelit kota besar dengan akses menuju pintu tol dan sarana transportasi massal. Seiring tumbuhnya suku bunga untuk Kredit Pemilikian Apartemen maka akan terjadi pertumbuhan yang moderat pada hunian jenis apartemen.
Ike menjelaskan ecara umum pasar properti Indonesia di tahun 2018 mendatang akan lebih menarik dan prospektif dibandingkan tahun 2017 ini. Satu tahun sebelum tahun politik 2019, pasar properti akan sedikit lebih bergairah dan ini merupakan kesempatan yang tepat untuk membeli properti, baik untuk dihuni atau dipakai sendiri maupun sebagai sarana investasi.
Rumah.com akan terus berinovasi menghadirkan inovasi, solusi dan panduan bagi pencari properti, agen, dan pengembang serta stakeholder properti di Indonesia. "Rumah.com juga memiliki komitmen membantu para pencari properti dalam menentukan keputusan pembelian properti melalui informasi data yang tepat dan akurat,” pungkas Ike.