Ahad 22 Oct 2017 00:05 WIB

Pasokan Listrik untuk Cold Storage Natuna Berlebih

Rep: Rakhmat Hadi Sucipto/ Red: Elba Damhuri
Manajer Perum Perikanan Indonesia (Perindo) Unit Natuna, Yogi Adri (kiri), menunjukkan cumi yang sudah dimasak dalam cold storage bersuhu minus 40 derajat Celcius kepada Manager SDM dan Umum PLN Wilayah Riau dan Kepulauan Riau, Dwi Suryo Abdullah (tengah), di Natuna, Kepulauan Riau, Kamis (19/10).
Foto: Rakhmat Hadi Sucipto/Republika.
Manajer Perum Perikanan Indonesia (Perindo) Unit Natuna, Yogi Adri (kiri), menunjukkan cumi yang sudah dimasak dalam cold storage bersuhu minus 40 derajat Celcius kepada Manager SDM dan Umum PLN Wilayah Riau dan Kepulauan Riau, Dwi Suryo Abdullah (tengah), di Natuna, Kepulauan Riau, Kamis (19/10).

REPUBLIKA.CO.ID, NATUNA –- PT Perusahaan Listrik Negara (PLN) sudah siap memenuhi kebutuhan listrik untuk proyek cold storage berkapasitas 3.000 ton per hari di wilayah Kabupaten Natuna. “Bahkan, kami sudah membangun PLTD Selat Lampa yang berkapasitas 5.000 kilowatt yang salah satu tujuannya untuk memenuhi kebutuhan listrik di cold storage tersebut,” ungkap Manager SDM dan Umum PLN Wilayah Riau dan Kepulauan Riau, Dwi Suryo Abdullah, di Natuna, Kepulauan Riau, Jumat (20/10).

Dwi yakin kehadiran tempat pendinginan ikan tersebut akan memicu industri-industri lainnya, baik industri yang terkait secara langsung maupun tidak langsung. “Dengan adanya cold storage, industri pengolahan ikan pasti akan hadir karena tempat pendinginannya sudah ada,” jelas Dwi.

Untuk mengantisipasi kebutuhan energi listrik, menurut Dwi, pihaknya sejak dini sudah menyiapkan sumber daya listrik berkapasitas 5.000 KW yang berlokasi di Desa Pian Tengah, Kecamatan Bunguran Barat, Kabupaten Natuna. Bahkan, PLN juga telah menyiapkan PLTD khusus berkapasitas 1.000 kilowatt (KW) yang berada di sekitar bangunan cold storage.

Mesin 1.000 KW tersebut sudah menyuplai cold storage sejak Mei 2017 lalu. Akan tetapi, jelas Dwi, sampai saat ini pengelola gudang pendinginan ikan tersebut baru memanfaatkan 80 KW dan maksimal ternyata hanya 100 KW.

“Jadi, kami sudah sangat siap untuk mendukung proyek besar dari Kementerian Kelautan dan Perikanan maupun dari Pemda Kabupaten Natuna,” ujar Dwi.

Manajer Perum Perikanan Indonesia (Perindo) Unit Natuna, Yogi Adri, menyatakan saat ini pihaknya baru mengelola 200 ton ikan per hari. Tapi, angka 200 ton tersebut sudah sangat menggembirakan.

Mengapa demikian? Karena Kementerian Kelautan dan Perikanan menargetkan Sentra Kelautan dan Perikanan Terpadu (SKPT) Natuna tersebut bisa menyerap 24 ribu ton ikan per tahun. Dengan kata lain, SKPT yang terletak di Selat Lampa tersebut diharapkan bisa menyerap 60-80 ton ikan per hari.

Untuk menghasilkan kualitas ikan yang terbaik, jelas Yogi, pihaknya memasak ikan dalam suhu ruangan hingga minus 40 derajat Celcius. Setelah, melalui tahap pemasakan, ikan disimpan dalam ruangan dengan suhu minus 25 derajat Celcius.

“Ikan yang kami kelola ini bisa tahan lebih dari satu tahun,” ujar Yogi.

Yang penting lagi untuk membantu para nelayan, menurut Yogi, pihaknya juga menjemput pengambilan ikan ke nelayan-nelayan. "Kami menjemput ikan dari para nelayan ke beberapa wilayah yang belum terjangkau dengan menggunakan kapal angkut," ujarnya.

Yogi menyatakan, selain memiliki cold storage, SKPT Natuna juga memiliki Air Blast Freezing (ABF) storage berkapasitas 16 ton. ABF storage berfungsi mendinginkan hasil tangkapan nelayan yang baru mendarat di SKPT sebelum disimpan di cold storage.

Wakil Bupati Natuna Ngesti Yuni Suprapti mengungkapkan, keberadaan cold storage tersebut akan memicu kehadiran industri lainnya. Dia berharap ada investor yang tertarik menggarap industri pengolahan ikan. Apalagi, cold storage tersebut ditargetkan bisa mengelola 3.000 ton ikan setiap harinya. Dengan demikian, dalam setahun pengelola cold storage bisa menampung 1,095 juta ton ikan.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement