REPUBLIKA.CO.ID, PONTIANAK -- Kepala Badan Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian Agung Hendriadi mendorong masyarakat di berbagai daerah untuk melakukan diversifikasi pangan. Artinya masyarakat didorong agar bisa mengkonsumsi panganan lokal yang non-terigu dan non-beras.
"Program kita bangun, kampanye kita lakukan. Yang jelas produksi non-beras dan terigu harus tinggi seperti singkong, sayuran dan lainnya," kata Agung dalam hari pangan sedunia (HPS) ke-37, Kamis (19/10).
Menurutnya, panganan lokal di berbagai daerah di Indonesia sangat beragam. Dengan macam-macam hasil pertanian tersebut bisa dihasilkan berbagai macam pangan yang tidak hanya berupa beras.
Dia mengatakan gizi yang dihasilkan dari makanan-makanan lokal itu pun tidak kalah baiknya. Bahkan banyak makanan lokal non-beras dan terigu yang memiliki nilai gizi lebih baik. Pangan lokal pun bisa dibuat dengan berbagai macam menu dan varian, sehingga makanan-makanan tersebut tidak monoton ketika dikonsumsi.
Pada acara Hari Pangan Sedunia (HPS) yang ke-37 di Makodam XII Tamjung Pura, Kubu Raya Kalimantan Barat, Badan Ketahanan Pangan (BKP) Kementan, melakukan pencanangan kembali program diversifikasi pangan nasional. Dalam kegiatan tersebut juga dilakukan "saprahan" makan bersama di atas daun pisang yang merupakann budaya pesisir Kalimantan Barat dengan menu pangan lokal dan makanan laut.
Menteri Pertanian, Amran Sulaiman mengatakan makanan lokal ini sangat sehat dan diversifikasi akan terus digalakkan. "Pangan lokal sangat mudah didapatkan, kalau mau ubi tinggal ambil di kebun, kalau mau sayuran tinggal petik, mau ayam tinggal pelihara sendiri, kalau mau keong tinggal ambil di rawa. Semua sehat dan bergizi tinggi," ujar Amran.