REPUBLIKA.CO.ID, PONTIANAK -- Kementerian Pertanian (Kementan) menargetkan Indonesia menjadi salah satu negara lumbung pangan dunia. Menteri Pertanian Amran Sulaiman mengatakan, upaya dalam membuat Indonesia menjadi lumbung pangan mulai diperlihatkan dengan tingkat produksi beras yang melimpah.
Dia mengklaim sistem produksi dan perluasan lahan tanam padi membuat Indonesia mampu mengekspor beras ke sejumlah negara.
"Sekarang kita sudah tidak lagi impor beras, tidak impor jagung. Bahkan jagung juga tidak akan memulai ekspor," kata Amran dalam peringatan hari pangan sedunia (HPS) ke-37, di Pontianak, Kamis (19/10).
Untuk produk jagung, kata Amran, Indonesia biasanya melakukan impor karena jumlah produksi yang terbatas. Jumlah impor ini bisa mencapai 3,6 juta ton yang nilainya sekitar Rp 10 miliar. Akan tetapi, saat ini produksi jagung telah dapat memenuhi kebutuhan dalam negeri sehingga tidak perlu impor.
Selain beras dan jagung, pemerintah juga sedang berupaya untuk memperbaiki jumlah produksi cabai. Keikutsertaan masyarakat dalam menanam cabai diharap bisa menekan impor. Selain itu, Kementan akan mengupayakan produksi gula agar tidak tergantung impor.
Amran menuturkan, Kementan bertemu dengan sejumlah menteri pertanian dan perwakilan negara lain untuk menunjang peningkatan ekspor pangan dari Indonesia. Sejauh ini Malaysia dan Filipina telah memberikan sinyal siap mendatangkan produk pangan Indonesia, termasuk beras dan jagung.
Menurutnya, pemerintah saat ini fokus untuk memperbaiki taraf hidup petani. Berbagai regulasi diterbitkan dalam menunjang petani di setiap pedesaan. Kebijakan itu di antaranya kemudahaan peminjaman lahan, kredit pertanian, asuransi, hingga pemberian bibit berkualitas menjadi program utama guna menunjang produktivitas pangan.
Untuk alokasi dana, Presiden Joko Widodo (Jokowi), papar Amran telah menyetujui agar anggaran di sektor pertanian bisa dikeluarkan lebih cepat. Jika biasanya anggaran kementerian diberikan setiap awal tahun, maka anggaran untuk pertanian diberikan pada akhir tahun sekitar Oktober, atau dua tiga bulan lebih cepat.
Hal ini berkaitan dengan cuaca yang menunjang pertanian. Sebab selama ini curah hujan biasanya tinggi pada bulan tersebut. Jika diberikan pada awal tahun maka curah hujan lebih sedikit, dan dikhawatirkan anggaran yang keluar justru tidak terpakai maksimal.
"Kita juga siapkan stabilitas harga. Pemerintah menjamin harga jual dari petani tetap baik. Ini supaya petani bisa nyaman dalam bertani," kata Amran.
Ke depan, Kementan akan berupaya meningkatkan produktivitas rempah-rempah yang selama ini menjadi daya tarik Indonesia di luar negeri. Indonesia yang memiliki iklim dan kontur tanah bervariasi dinilai mampu menghasilkan banyak rempah-rempah yang diminati masyarakat dunia.