REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA -- Nilai tukar rupiah terhadap dolar AS mengalami pelemahan setelah sebelumnya sempat menguat. Kondisi tersebut dipengaruhi faktor eksternal yang tak hanya memengaruhi rupiah tetapi juga kurs regional.
Berdasarkan data Bloomberg Spot Exchange Rate, Selasa (17/10), perdagangan rupiah dibuka di level Rp 13.489 per dolar AS, atau sedikit melemah dibandingkan penutupan rupiah pada Senin (16/10) di level Rp 13.476 per dolar AS. Sedangkan berdasarkan kurs Referensi Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (JISDOR) di website Bank Indonesia, kurs tengah dolar AS-rupiah pada Selasa di level Rp 13.490 per dolar AS.
Kurs jual di level Rp 13.557 per dolar AS dan kurs beli di level Rp 13.423 per dolar AS. Padahal pada Senin, kurs tengah dolar AS-rupiah menguat di level Rp 13.483 per dolar AS dibandingkan Jumat (13/10) di level Rp 13.508 per dolar AS.
Kepala Departemen Kebijakan Ekonomi dan Moneter Bank Indonesia Dody Budi Waluyo menyatakan nilai tukar rupiah tertekan kondisi eksternal terutama dari kebijakan AS.
"Gejolak di eksternal khususnya yang berasal dari AS yang terutama mendorong pelemahan rupiah dan mata uang regional lainnya," kata Dody saat dihubungi Republika.
Oleh sebab itu, dia menekankan BI senantiasa berada di pasar untuk melakukan intervensi agar nilai tukar tetap berada di level fundamentalnya. "Tidak ada target level rupiah, mekanisme pasar yang menetapkan level rupiah," ujar Dody.
BI juga selalu melakukan komunikasi bahwa pada dasarnya tidak ada perubahan fundamental. Dia menilai, kondisi perekonomian Indonesia masih kuat dan stabil. "Ya, faktor eksternal yang dominan. Fundamental domestik ekonomi cukup kuat dan relatif tidak mendorong pada depresiasi rupiah," ujarnya.