Selasa 17 Oct 2017 13:52 WIB

Proyek Listrik 35 Ribu MW Disebut Ambisius, Ini Sikap Jokowi

Presiden Joko Widodo (kedua kiri) meninjau Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi Unit 5 & 6 PT Pertamina Geothermal Energy Lahendong disela-sela peresmian di Tompaso, Kabupaten Minahasa, Sulawesi Utara, Selasa (27/12).
Foto: Antara/Puspa Perwitasari
Presiden Joko Widodo (kedua kiri) meninjau Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi Unit 5 & 6 PT Pertamina Geothermal Energy Lahendong disela-sela peresmian di Tompaso, Kabupaten Minahasa, Sulawesi Utara, Selasa (27/12).

REPUBLIKA.CO.ID, SEMARANG -- Presiden Joko Widodo menegaskan tidak masalah jika ada banyak pihak yang menyebutnya terlalu ambisius, terutama dalam menetapkan target proyek infrastruktur termasuk pembangkit listrik 35 ribu MW.

"Pembangkit listrik ini juga infrastruktur, kenapa dibangun? Banyak yang menyampaikan kita terlalu ambisius dalam lima tahun menargetkan 35 ribu MW, padahal 72 tahun kita hanya bisa membangun 53 ribu MW. Tidak apa-apa, target harus besar, ambisi harus seperti itu," kata Jokowi saat menyampaikan Orasi Ilmiah dalam rangka Dies Natalis Ke-60 Universitas Diponegoro (Undip) di Stadion Undip Semarang, Selasa (17/10).

Menurut dia, jika target tersebut tidak ditetapkan tinggi maka daya saing Indonesia akan tertinggal jauh dibandingkan negara-negara lain. Ia menegaskan hal itu sejatinya menyangkut daya saing Indonesia yang tertinggal dibandingkan negara lain.

"Ongkos, biaya transportasi di Indonesia dibandingkan negara-negara sekitar di Malaysia di Singapura, ongkos 2,5 kali lipat lebih mahal. Artinya untuk membawa barang dari satu tempat ke tempat lain itu 2-2,5 kali lipat lebih mahal," ujarnya.

Hal itu artinya barang yang dijual di Indonesia akan lebih mahal dibandingkan negara lain. "Kenapa infrastruktur kita bangun jawabannya di situ, kita ingin daya saing kita lebih baik dari negara lain. Global competitiveness kita harus diperbaiki, tahun ini cukup lumayan meloncat dari 41 ke 36 dari 137 negara," ujarnya.

Presiden juga menyampaikan berbagai proyek infrastruktur yang terus digenjot dengan APBN yang fokus pada infrastruktur. Misalnya, jalan tol yang dibangun di Jawa, Sumatera, Kalimantan, hingga Sulawesi dan Papua.

Anggaran untuk infrastruktur juga melompat signifikan dari Rp 177 triliun pada 2014 menjadi Rp 401 triliun pada 2017. "Airport juga sama, negara kita memiliki 17 ribu pulau, ada yang bisa pakai kapal, tapi ada yang tidak bisa pakai kapal, oleh sebab itu juga di pulau-pulau terpencil di Natuna, Miangas, kita bangun airport," ujarnya.

Pada kesempatan itu, Jokowi juga menyampaikan apresiasinya terhadap berbagai hasil riset aplikatif yang dilakukan Undip. Setelah memberikan orasi ilmiah, Presiden dan Ibu Negara Iriana meninggalkan Kota Semarang untuk melanjutkan perjalanan menuju Kabupaten Garut, Provinsi Jawa Barat melalui Kota Bandung.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement