REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Direktur Jenderal Ketenagalistrikan Kementerian ESDM Andy Noorsaman Sommeng mengaku mendapat laporan yang menyebut penyerapan gas alam cari atau Liquefied Natural Gas (LNG) oleh PLN belum optimal. Padahal, PLN sudah memiliki perjanjian pemakaian gas dengan besaran volume yang sudah disepakati.
"Menurut laporan SKK Migas belum terserap dari volume yang sudah ditaruh dalam perjanjian," ujar Andy, di Hotel Kempinski, Jakarta, Senin (16/10).
Ia menduga, ketidakmampuan PLN dalam menyerap LNG karena persoalan harga. Sehingga, PLN lebih memilih menggunakan batu bara untuk menghasilkan listrik.
Ditemui di lokasi yang sama, Anggota Dewan Energi Nasional (DEN) Tumiran, menilai, PLN tidak bisa didorong untuk menyerap LNG secara maksimal. Ia berargumen, PLN harus menekan biaya produksi sedemikian rupa demi mendapatkan listrik dengan harga yang murah. Sementara, bahan baku yang paling murah saat ini adalah batu bara.
Karena itu, Tumiran lebih setuju jika LNG diarahkan ke industri hilir sehingga menghasilkan produk turunan baru, tidak untuk pembangkit listrik. "Jadi tidak untuk dibakar. Kalau untuk dibakar, habis. Seharusnya kita dorong untuk menjadi feedstock industri," ujarnya.