Ahad 15 Oct 2017 16:27 WIB

BTN Salurkan Pembiayaan untuk 1,44 Juta Rumah

Rep: Iit Septyaningsih/ Red: Elba Damhuri
Pekerja menyelesaikan pembuatan rumah subsidi pemerintah program Sejuta Rumah Murah di Desa Sambirejo, Kabupaten Kediri, Jawa Timur, Rabu (22/6).
Foto: Antara/Prasetia Fauzani
Pekerja menyelesaikan pembuatan rumah subsidi pemerintah program Sejuta Rumah Murah di Desa Sambirejo, Kabupaten Kediri, Jawa Timur, Rabu (22/6).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- PT Bank Tabungan Negara (BTN) Tbk terus mendukung program Sejuta Rumah. Sejak digulirkan pada 2015, BTN pun telah menyalurkan pembiayaan untuk 1,44 juta rumah.

Program yang digulirkan Presiden Joko Widodo di Ungaran, Jawa Tengah, pada 29 April 2015 lalu itu mendapat sambutan baik dari masyarakat. Pasalnya, nilai penyaluran kredit properti BTN, baik berupa Kredit Perumahan Rakyat (KPR) maupun kredit konstruksi sebesar Rp 155,9 triliun.

Kontribusi BTN sebagai integrator dalam program sejuta rumah tidak hanya dalam soal akses pembiayaan bagi seluruh lapisan nasabah. "Hal ini juga dalam menyokong sisi pasokan dengan kredit kontruksi bagi para pengembang," kata Direktur Utama BTN Maryono melalui keterangan resmi, Ahad, (15/10).

Tahun ini, BTN menargetkan penyaluran kredit konstruksi dan KPR untuk 666 ribu unit rumah hingga akhir tahun. Ini terdiri dari 504.122 unit untuk KPR subsidi dan 161.878 unit untuk konstruksi rumah nonsubsidi serta penyaluran KPR non-subsidi.  

Sementara per September 2017, BTN sudah merealisasikan KPR untuk  sekitar 167 ribuan unit rumah, 130 ribuan unit di antaranya merupakan KPR Subsidi. Sementara yang mengalir dalam bentuk kredit konstruksi terdistribusi kurang lebih untuk 300 ribu unit rumah.

Untuk menyukseskan program Sejuta Rumah, Maryono menjelaskan perlunya sinergi dari seluruh stakeholder, baik perbankan, pemerintah pusat, daerah dan pihak pengembang. Maryono menambahkan, pemerintah dalam hal ini Kementerian PUPR telah banyak memberikan dukungan.

Di antaranya alokasi anggaran KPR subsidi bagi Masyarakat Berpenghasilan Rendah (MBR), kemudahan perizinan bagi pengembang untuk mendirikan rumah bagi MBR lewat paket kebijakan ekonomi XIII, serta pelonggaran Loan To Value atau rasio kredit terhadap agunan untuk KPR.

Untuk  meningkatkan pasokan perumahan, BTN juga berupaya menciptakan para calon developer lewat Housing Finance Center (HFC). HFC bermitra dengan banyak pihak, baik institusi pendidikan formal maupun para developer lewat aneka pendidikan dan pelatihan.

Dengan ITB, misalnya, lewat program mini MBA in property BTN telah mewisuda 1.000 orang yang siap terjun di dunia properti. Lalu dengan asosiasi pengembang seperti Real Estate Indonesia (REI) dan Apersi, setidaknya lebih dari 10 ribu orang siap pula untuk menjadi calon developer.

Tahun depan, Maryono menargetkan 1.200 developer muda yang dicetak HFC lewat program mini MBA. Selama pemerintahan Jokowi JK seluruh aspek untuk mempermudah akses masyarakat terhadap kepemilikan rumah ditingkatkan demi mengurangi backlog kepemilikan perumahan yang mencapai lebih dari 11,38 juta kepala keluarga, tambah Maryono.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement