Sabtu 14 Oct 2017 21:36 WIB

HA IPB Gelar Seminar Pertanian Berbasis Masyarakat

Petani membajak sawah menggunakan kerbau di lahan pertanian Kampung Sawah, Kabupaten Bogor, Jawa Barat, Selasa (19/9).
Foto: Yulius Satria Wijaya/Antara
Petani membajak sawah menggunakan kerbau di lahan pertanian Kampung Sawah, Kabupaten Bogor, Jawa Barat, Selasa (19/9).

REPUBLIKA.CO.ID, BOGOR –  Dewan Pengurus Cabang (DPC) Himpunan Alumni Institut Pertanian Bogor (HA IPB) Kabupaten Bogor menggelar Seminar Agriculture Based Community Development : Strategi Kebaangkitan Desa Melalui Peningkatan Nilai Tambah Sektor Pertanian Berbasis Gerakan Masyarakat. Seminar diselenggarakan di Gedung BKPP Wilayah 1 (Bakorwil) Bogor, Jawa Barat,  Sabtu (14/10).

Seminar itu menampilkan nara sumber antara lain  Dr  Syarifah Sopiah (kepala Bappeda Kabupaten Bogor)yang mengetengahkan Aspek Perencanaan dan kebijakan dalam Mendukung Pemberdayaan Masyarakat Berbasis Sektor Pertanian; Dr  Ir  Retno Sri Hartati Mulyandari, M Si (kepala Balai Pengembangan Alih Teknologi Pertanian, Kementerian Pertanian) dengan topik Potensi Lembaga Penelitian dan Pengembangan Teknologi Pertanian dalam pemberdayaan masyarakat berbasis sektor pertanian.

Nara sumber lainnya adalah Jodi H Iswanto (PT  Masyarakat Mandiri, Praktisi Penggerak Petani Kopi) yang mengetengahkan topik Potensi dan Kiprah  Entreprenuer dalam Pemberdayaan Masyarakat di Sektor Pertanian : Pengalaman Karya Masyarakat Mandiri

Ketua DPC HA IPB Kabupaten Bogor, Baban Sarbana mengatakan, seminar ini antara lain dilandasi oleh menguatnya kekhawatiran terhadap sektor pertanian yang semakin ditinggalkan seiring terjadinya pergeseran struktural ekonomi di Indonesia dan terutama di daerah-daerah yang dulunya adalah daerah pertanian.

“Harga komoditas pertanian yang tidak menguntungkan petani, rantai nilai yang panjang dan pasar produk pertanian utama yang cenderung oligopoli membuat sektor pertanian tidak lagi menarik terutama untuk petani kecil dan genetrasi muda,” kata Baban Subarna dalam rilis yang diterima Republika.co.id, Sabtu (14/10).

Ia menambahkan, kekhawatiran ini juga ditandai dengan migrasinya tenaga kerja sektor pertanian ke sektor lain yang lebih menjanjikan pendapatan yang lebih besar serta terjadinya konversi lahan pertanian menjadi lahan industri dan perumahan pada daerah-daerah pertanian yang dekat dengan kawasan perkotaan.

Lebih lanjut Baban mengatakan, hal yang sering tidak disadari dari ditinggalkannnya sektor pertanian dan migrasinya tenaga kerja produktif pertanian adalah semakin ditinggalnya desa-desa yang menjadi daerah pertanian oleh sumberdaya manusia produktif. Di desa hanya menyisakan wanita dan orang lanjut usia dengan kemampuan dan produktivitas yang cenderung rendah.

“Dampaknya pembangunan desa semakin tertinggal karena sumberdaya potensialnya meninggalkan desa. Fenomena ini terjadi terutama di Jawa khususnya dimana penduduk usia produktif nya lebih memilih merantau ke kota,” kata Baban.

Baban mengemukakan, wilayah Indonesia, bahkan termasuk kabupaten Bogor yang berada di wilayah Jabodetabek, sebagian besarnya masih merupakan wilayah pedesaan (rural) dengan pertanian yang masih menjadi corak utama kehidupannya. Dari berbagai program yang digulirkan setiap periode pemerintahan, pemberdayaan masyarakat (community development/empowerment) dinilai menjadi salah satu strategi yang tepat untuk membangun daerah pedesaan.

Ia menambahkan, melalui program yang melibatkan dan menggerakkan partisipasi masyarakat, diharapkan desa menjadi lebih dinamis dan berkembang terutama dari sisi ekonomi dan pemenuhan kebutuhan dasar. Kebutuhan dasar yang terpenuhi, kualitas hidup masyarakat desa yang klebih baik serta ekonomi yang makin meningkat, pada gilirannya akan membuat desa lebih maju dan berkembang.

“Seminar ini bertujuan merumuskan model yang tepat memberdayakan masyarakat desa dan ekonominya dengan menjadi sektor pertanian sebagai sektor unggulan. Bukan di bagian hulu (on farm, namun hingga ke hilir (industrialisasi) yang bisa memberikan nilai tambah dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat,” papar Baban Subarna.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement