Jumat 13 Oct 2017 15:31 WIB

Populasi Sapi NTT Digenjot dengan Introduksi Kawin Suntik

Rep: Debbie Sutrisno/ Red: Dwi Murdaningsih
Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan (Ditjen PKH) melakukan kawin suntik atau Inseminasi Buatan (IB) pada sapi milik peternak di Kabupaten Malaka, NTT.
Foto: kementan
Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan (Ditjen PKH) melakukan kawin suntik atau Inseminasi Buatan (IB) pada sapi milik peternak di Kabupaten Malaka, NTT.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kementerian Pertanian (Kementan) melalui Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan (Ditjen PKH) melakukan kawin suntik atau Inseminasi Buatan (IB) pada sapi milik peternak di Kabupaten Malaka, NTT. Pelaksanaan kegiatan IB massal di Kabupaten Malaka ini ditujukan agar sapi-sapi milik peternak menjadi bunting, sehingga akan lahir pedet-pedet yang akan menambah populasi sapi di Kabupaten ini.

Dirjen Peternakan dan Kesehatan Hewan Kementan I Ketut Diarmita mengatakan, kegiatan IB massal dalam Gebyar Siwab kali ini dimaksudkan agar petugas maupun peternak termotivasi dalam pelaksanaan Upaya Khusus Sapi Indukan Wajib Bunting (Upsus Siwab), yang salah satunya melalui penerapan teknologi IB.

 

Menurutnya, Provinsi NTT merupakan salah satu produsen sapi potong yang mensuplai kebutuhan daging sapi di wilayah Jabodetabek, tapi dalam hal pelayanan IB daerah ini merupakan salah satu daerah introduksi, yang sebagian besar wilayahnya baru diperkenalkan teknologi IB.

Ketergantungan anakan hasil dari kawin alam masih sangat tinggi karena hampir seluruh sistem pemeliharaan ternak sapi dan kerbau di NTT dengan cara dilepaskan.

"Hal ini perlu menjadi perhatian kita bersama, karena dengan sistem kawin alam yang tidak terprogram akan terjadi in breeding (kawin sedarah), sehingga terjadi penurunan mutu genetik pada ternak yang terlihat dari performans sapi-sapi yang lebih kecil," ungkap I Ketut Diarmita pada acara Gebyar Siwab melalui siaran pers, Jumat (13/10).

Selain untuk meningkatkan mutu genetik ternak, lebih lanjut disampaikan, IB pada ternak sapi merupakan salah satu upaya penerapan teknologi tepat guna untuk peningkatan populasi.

Melalui kegiatan IB, penyebaran bibit unggul ternak sapi dapat dilakukan dengan murah, mudah dan cepat, serta diharapkan dapat meningkatkan pendapatan para peternak, tutur I Ketut Diarmita.

Berdasarkan data kumulatif (Januari - 10 Oktober 2017), capaian IB di Provinsi NTT sebesar 35.505 ekor atau 24,15 perse dari target 146.965 ekor. Sedangkan capaian kebuntingan ternak Provinsi NTT di angka 79.071 ekor atau 94,39 persen dari target 83.770 ekor yang berasal dari kawin alam.

Ketut memberikan apresiasi terhadap upaya Dinas Peternakan Provinsi NTT dan Kabupaten Malaka dalam meningkatkan capaian jumlah sapi yang di IB melalui kegiatan Kick Off Siwab secara serentak di 6 Desa sejak tanggal 3 Oktober 2017. Dari hasil Kick Off tersebut diperoleh sapi yang di IB sebanyak 145 ekor dari target 150 ekor (96,67 persen) di Kabupaten Malaka.

Menurutnya, sebelum adanya Upsus Siwab capaian IB di NTT hanya sekitar lima ribu ekor per tahun. Selanjutnya, setelah ada program Upsus Siwab sampai saat ini telah terjadi peningkatan signifikan terhadap total raihan IB di Provinsi NTT menjadi 35 ribu atau terjadi peningkatan sebesar 700 persen, dan diharapkan sampai dengan akhir tahun 2017 dapat mencapai 80 ribu ekor (1.600 persen). Hal tersebut juga telah terjadi di wilayah Indonesia Timur lainnya yang sebagian besar merupakan wilayah introduksi.

Pelaksanaan Upsus Siwab tahun 2017 tinggal 2 (dua) bulan lagi dan diharapkan berjalan sesuai harapan. Untuk itu, dalam acara Gebyar Siwab ini kami mengajak seluruh pihak yang hadir disini bersama-sama mewujudkan target yang telah ditetapkan sekaligus mensukseskannya, tandasnya.

Selain itu, I Ketut Diarmita juga menyarankan dengan banyaknya limbah pertanian di Kabupaten Malaka diharapkan dapat dimanfaatkan sebagai bahan pakan sapi potong. Integrasi saling menguntungan dengan sub sektor lain, seperti tanaman pangan, hortikultura, perkebunan dan kehutanan diharapkan dapat untuk mewujudkan sinergitas, sehingga tidak ada limbah pertanian yang terbuang percuma.

Semua bisa saling bersinergi, limbah pertanian digunakan sebagai bahan pakan ternak, sedangkan limbah ternak digunakan sebagai sumber energi biogas dan pupuk bagi tanaman, sehingga ada nilai nambah bagi peternak, ungkap I Ketut Diarmita.

Dia meminta agar semua elemen bisa memperjuangkan nasib peternak-peternak agar berkembang usahanya dan sejahtera. Upaya Upsus Siwab juga merupakan salah satu bentuk pengabdian, integritas dan loyalitas kita kepada bangsa. Dengan meningkatnya usaha peternakan diharapkan Malaka dapat menjadi Lumbung Ternak di wilayah perbatasan, dan ke depan bisa mengarah ekspor.

Advertisement
Berita Lainnya