REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA -- PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk mencatatkan penurunan rasio kredit bermasalah (non performing loan/NPL) menjadi sebesar 2,8 persen pada kuartal III 2017. Sebelumnya, pada kuartal III 2016, NPL BNI tercatat sebesar 3,1 persen.
Direktur Keuangan BNI, Rico Budidarmo, mengatakan, selama hampir dua tahun ini NPL BNI semakin membaik dari waktu ke waktu. "Angkanya menunjukkan penurunan atau perbaikan yang relatif stabil," kata Rico kepada wartawan dalam Paparan Kinerja di Kantor Pusat BNI, Jakarta, Kamis (12/10).
Rico berharap, angka NPL yang saat ini 2,8 persen bisa turun lagi sampai akhir tahun di kisaran 2,6-2,7 persen. "Tapi yang lebih penting saat kami melanjutkan ekspansi dari waktu ke waktu kami terus melakukan perbaikan baik dari segmen industri maupun segmen nasabah," imbuhnya.
Direktur Hubungan Kelembagaan dan Transaksional Perbankan BNI, Adi Sulistyowati, menambahkan, total aset BNI pada kuartal III 2017 sebesar Rp 668,21 triliun. Angka tersebut tumbuh 16,9 persen dibandingkan periode yang sama tahun 2016 sebesar Rp 571,51 triliun.
Dia mengklaim kualitas aset BNI tetap terjaga pada kondisi yang masih dapat terkelola dengan sehat. BNI dapat menghimpun aset di level rendah risiko berkat manajemen risiko kredit yang efektif dan ekspansi kredit yang dilaksanakan secara selektif hanya kepada debiturdebitur berkualitas.
"Indikasi kualitas aset yang meningkat itu ditandai dengan membaiknya NPL dari 3,1 persen pada kuartal III 2016 menjadi 2,8 persen pada kuartal III 2017," ucapnya.
Selain itu, rasio Loan at Risk juga menunjukkan tren membaik dari 11,8 persen pada kuartal III 2016 menjadi ke level 11,1 persen pada kuartal III 2017. Fungsi intermediasi yang ditunjukkan dari rasio kredit terhadap DPK (loan to deposit ratio/LDR) tercatat pada posisi 87,9 persen.
Tingkat kecukupan permodalan atau capital adequacy ratio (CAR) tercatat naik dari 18,4 persen menjadi 19,0 persen. "Secara fundamental, penyisihan pencadangan juga tetap terjaga dengan baik dengan tingkat coverage ratio naik dari 143,2 persen menjadi 147,4 persen yang mengindikasikan kehati-hatian BNI," imbuh Adi.