REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Para pembuat kebijakan di bank sentral AS, The Federal Reserve, masih berbeda sikap soal proyeksi inflasi AS dan kenaikan suku bunga secara perlahan.
Berdasarkan risalah rapat yang dirilis pada Rabu (11/10), The Fed berencana mengurangi portofolio obligasi, menahan kenaikan suku bunga, dan masih optimistis terhadap pertumbuhan ekonomi meski AS sempat diterjang badai.
Risalah ini juga mencatat, banyak peserta rapat yang mengkhawatirkan inflasi yang rendah tahun ini. ''The Fed juga masih akan bersabar dalam menghilangkan beberapa kebijakan sambil mengamati tren inflasi,'' demikian kutipan risalah tersebut seperti dikutip Reuters, Kamis (12/10).
The Fed masih akan fokus menelaah data inflasi dalam beberapa bulan ke depan sebelum memutuskan kebijakan kenaikan suku bunga. Sementara itu, sebagian pembuat kebijakan di The Fed melihat masih ada alasan untuk menaikkan suku bunga tahun ini.
Gubernur The Fed Janet Yellen berulang kali telah menyatakan ada ketidakpastian inflasi yang menghambat rencana target kenaikan suku bunga hingga dua persen dalam beberapa bulan belakangan ini.
Tak heran bila kemudian Yellen dan sejumlah pembuat kebijakan di The Fed menurunkan ekspektasi mereka untuk menaikkan suku bunga secara bertahap. Hal itu diharapkan memperkuat ekonomi dan memperbaiki bursa kerja.
Ekonom Capital Economics Paul Ashworth mengatakan, pejabat-pejabat utama The Fed khawatir soal inflasi inti yang belum akan pulih dalam waktu cepat. ''Namun hal itu tidak akan menghambat mereka melakukan normalisasi suku bunga, termasuk saat pengangguran belum membaik,'' kata Ashworth.