REPUBLIKA.CO.ID, BANDAR LAMPUNG -- Lonjakan harga beras di pasaran melebihi harga eceran tertinggi (HET) yang ditetapkan pemerintah, membuat Pemerintah Provinsi (Pemprov) akan menggelar operasi pasar (OP) beras untuk menstabilkan harga beras di pasaran.
Sekretaris Daerah Provinsi (Sekdaprov) Lampung Sutono mengakui masih adanya pedagang dan pasar modern yang menjual beras di atas HET, belakangan ini. "Dalam waktu dekat kami akan adakan operasi pasar," kata Sutono, yang juga mantan kepala Dinas Perkebunan Lampung, di Bandar Lampung, Senin (9/10).
Menurut dia, penerapan HET beras di Lampung masih sulit tercapai. Sejumlah pedagang beras dan pasar modern belum sepenuhnya masih berbeda menerapkan patokan HET yang sudah ditetapkan Kementerian Perdagangan. Para pedagang masih memberlakukan harga beras berdasarkan harga pasar.
Selama ini, para pedagang beras masih mengikuti harga berdasarkan kondisi stok barang dan permintaan pasar. Hukum permintaan dan penawaran, menurut dia, masih digunakan pedagang, sehingga harga tidak dapat mengikuti patokan yang ditentukan.
Untuk itu, ia mengatakan pemprov menginginkan harga beras tidak terlalu tinggi dan harga gabah juga tidak terlalu rendah. "Supaya petani untung dan pedagang juga untung", ujarnya.
Hal yang terpenting, ia mengatakan pihaknya tetap mencegah gabah dari Lampung tidak dibawa ke luar Lampung. Gabah dari Lampung tetap akan diperlukan untuk kebutuhan Lampung, bukan kebutuhan di luar provinsi. Menurutnya, bila gabah dibawa ke luar Lampung, maka harga akan berubah menjadi tinggi.
Tim dari Pemprov Lampung dan Satgas Pangan Lampung menggelar inspeksi mendadak (sidak) ke berbagai pasar modern. Tim menemukan empat toko ritel modern masih menjual beras di atas HET yakni Swalayan Superindo Kartini, Hypermart, Chandra Tanjungkarang, dan Giant Extra Antasari.