Senin 09 Oct 2017 15:38 WIB

Indef Minta Identitas Nasabah Kasus Stanchart Dipublikasikan

Rep: Fergi Nadira/ Red: Nidia Zuraya
Standard Chartered
Foto: EPA/FACUNDO ARRIZABALAGA
Standard Chartered

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Peneliti di Institute for Development of Economics and Finance (Indef), Bhima Yudhistira Adhinegara meminta pemerintah segera membuka ke publik mengenai identitas sosok yang diperiksa terkait aliran dana nasabah Indonesia dari Eropa ke Singapura yang nilainya mencapai 1,4 miliar dolar AS atau setara Rp 18,9 triliun. Tujuan pembukaan identitas ini, menurut Bhima, untuk menimbulkan shock therapy kepada wajib pajak yang menggunakan cara serupa dalam menghindari pajak.

Dalam hal ini, kata Bhima, Surat Pemberitahuan Tahunan (SPT) harus dicocokkan dan dipastikan apakah pemegang dana memegang dana sampai triliunan. Kemudian, menurutnya, dicocokkan juga dengan tax amnesty apakah si wajib pajak sudah mengikuti tax amnesty atau belum.

"Jika terbukti sudah mengikuti tax amnesty kemudian dipastikan kembali berapa besar uang yang sudah dideklarasikan hartanya dan dilihat berapa banyak selisihnya. Kalau ternyata masih besar, artinya sebagian dana ada di Singapura," ujarnya kepada Republika.co,id, Senin (9/10).

Saat ini, diakui Bhima, negara tax haven yang sudah terbuka mengenai informsi data rekening dan pajak baru Panama dan Bahama saja. Sementara Singapura masih menjaga kerahasian data nasabahnya.

Bhima mengatakan forum internasional harus mendorong agar Singapura menyetujui keterbukaan informasi nasabahnya mengingat Singapura merupakan anggota pertukaran data internasional. "Jadi repot, pajak di dalam negeri makin agresif, bisa jadi pelarian dana ke Singapura yang triliunan itu karena kasus pertama yang tujuannya Singapura," ujarnya.

Menurutnya, Singapura dipilih karena negaranya yang masih mengamankan data nasabah. Dengan rendahnya PPh Badan sekitar 17 persen dibandingkan Indonesia yang mencapai 25 persen, banyak yang memilih singapura sebagai tempat penyimpanan uang.

"Di sana operasional perbankan lebih efisien. Transaksi dirasakan lebih murah, dan cepat dengan menawarkan kehematan dana yang akan menjadi lebih simple dibandingkan di tanah air. Hal tersebut alasan mengapa orang Indonesia tidak sedikit yang menyimpan uangnya pada Bank Singapura," paparnya menjelaskan.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement