REPUBLIKA.CO.ID, KUALA LUMPUR - Pasar modal syariah global menghadapi prospek yang menguntungkan karena beberapa pendorong pertumbuhan diperkirakan akan membawanya ke tahap pengembangan selanjutnya. Menurut Managing Director Development & Islamic Market di Komisi Sekuritas Malaysia, Zainal Izlan Zainal Abidin, aset syariah global yang dikelola sebesar 70,8 miliar dolar AS pada akhir kuartal I 2017.
"Malaysia menyumbang 28,5 persen dari total dana syariah, diikuti oleh Arab Saudi dan Luksemburg masing-masing 15,3 persen dan 13,9 persen. Secara komparatif, ini merupakan peningkatan yang signifikan mengingat pada tahun 2008, hanya ada 802 dana dengan AUM sebesar 47 miliar dolar AS," katanya seperti dikutip dari The Star Online, Sabtu (7/10).
Zainal percaya inovasi dan kolaborasi yang lebih besar telah berfungsi untuk menumbuhkan pasar modal syariah. Dia mencontohkan beberapa inovasi, seperti manajemen kekayaan syariah, pengembangan usaha sosial melalui model wakaf dan keselarasan pasar dengan investasi berkelanjutan dan bertanggung jawab.
"Faktor lain yang dapat membantu mendorong pertumbuhan lebih lanjut pasar modal syariah global, dan pasar sukuk pada khususnya, adalah kebutuhan akan dana besar untuk pengembangan infrastruktur," imbuhnya.
Kesesuaian struktur sukuk dalam membiayai sebagian besar proyek infrastruktur dikombinasikan dengan daya tarik ke investor yang lebih luas menjadikan sukuk sebagai instrumen pilihan untuk penggalangan dana intensif aset tersebut.
Partisipasi yang lebih besar di kalangan investor ritel juga dapat dipupuk melalui platform digital, yang terbukti efisien dalam menarik investor yang lebih muda. "Di Malaysia, kerangka peraturan SC untuk equity crowd funding dan pembiayaan P2P memfasilitasi usaha kecil serta start up untuk meningkatkan dana yang diperlukan melalui pasar modal termasuk pasar modal syariah," ucap Zainal.
Pengembangan sumber daya manusia juga merupakan faktor penting saat mempertimbangkan pertumbuhan pasar modal syariah. Menurut Zainal, sebanyak satu juta profesional akan dibutuhkan pada tahun 2020 untuk memenuhi kebutuhan lembaga keuangan syariah.
"Ini memerlukan inisiatif kolaboratif dalam pengembangan sumber daya manusia, dengan penekanan utama pada pengembangan industri perhotelan dan profesional industri jasa keuangan di Malaysia dan UEA," pungkasnya.