REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Jelang akhir tahun, Sinar Mas Land meluncurkan program terbaru yakni Price Lock. Melalui program ini, para konsumen bisa lebih mudah memiliki properti yang diinginkan.
Perusahaan pengembang properti ini turut menggandeng 10 bank di antaranya Bank Tabungan Negara (BTN), Bank Negara Indonesia (BNI), Bank Rakyat Indonesia (BRI), Bank Central Asia (BCA), dan lainnya. Tujuannya untuk mempermudah cara pembayaran.
CEO Strategic Development & Services Sinar Mas Land Ishak Chandra menjelaskan, program yang akan berlangsung dari 3 Oktober sampai 31 Desember tersebut memungkinkan konsumen membayar uang muka (Down Payment/DP) hanya 15 persen dari harga. "Itu pun bisa dicicil 24 kali, setelah itu menariknya, konsumen bisa cuti bayar. Jadi sisanya yang 85 persen dibayar dua setengah tahun kemudian atau di 2020," kata dia, kepada wartawan, Kamis, (5/10).
Bahkan, kata dia, bagi konsumen yang melakukan pelunasan DP sebelum Januari 2019 akan mendapat potongan tambahan sebesar lima persen. Selain itu, konsumen pun diberikan potongan harga langsung untuk program barang ready stock sebesar 20 persen, jika memilih pembayaran hard cash atau lewat KPR Ekpres.
"Kami harap konsumen lebih cepat ambil keputusan karena pada November 2017, program DP 15 persen hanya bisa dicicl 12 kali. Lalu di Desember hanya bisa dicicil enam kali," kata Ishak.
Maka, lewat Price Lock, konsumen dapat memilih program yang sesuai dengan keinginam serta mendapat beragam keuntungan. "Sesuai namanya, ikut program price lock ini mereka bisa punya properti yang dibayarkan dua tahun kemudian tapi harga sekarang. Jadi kalau dalam dua tahun properti naik dan pasti naik, konsumen beruntung," kata Ishak.
Ia menyatakan, program Price Lock sengaja dibuat untuk memenuhi kebutuhan pasar. Sebab, Sinar Mas Land percaya masyarakat sebenarnya mampu untuk membeli properti namun masih menunggu prospek dua tahun ke depan.
"Program ini untuk menumbuhkan minat masyarakat membeli properti karena mereka bukan tidak mampu tapi tidak mau. Beberapa orang masih menunda membeli properti sampai dua tahun lagi seusai election 2019 (pemilu)," kata Ishak.
Hal itu karena, biasanya enam bulan setelah pemilu harga properti naik sehingga bagus untuk berinvestasi. Meski begitu, Ishak, menyebutkan target pasarnya tidak hanya untuk investor tapi juga konsumer user.
"Dalam tiga bulan ini kami targetkan penjualan capai Rp 3 triliun. Jadi mudah-mudahan setiap bulan bisa dapat Rp 1 triliun," katanya.
Advertisement