Kamis 05 Oct 2017 16:04 WIB

Menpar Klaim Bali Masih Aman Dikunjungi

Red: Nur Aini
Menteri Pariwisata Arief Yahya (kedua kiri) berbincang dengan Ketua Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) Bali, Tjokorda Oka Artha Ardana Sukawati (kanan) saat meninjau Pura Besakih saat aktivitas Gunung Agung pada level awas di Pura Besakih, Karangasem, Bali, Kamis (5/10).
Foto: Antara/Hendra
Menteri Pariwisata Arief Yahya (kedua kiri) berbincang dengan Ketua Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) Bali, Tjokorda Oka Artha Ardana Sukawati (kanan) saat meninjau Pura Besakih saat aktivitas Gunung Agung pada level awas di Pura Besakih, Karangasem, Bali, Kamis (5/10).

REPUBLIKA.CO.ID, DENPASAR -- Menteri Pariwisata (Menpar) Arief Yahya menyatakan Bali masih aman untuk dikunjungi, meskipun saat ini Gunung Agung di Kabupaten Karangasem berstatus Awas.

"Bali tetap aman untuk dikunjungi oleh wisatawan baik domestik maupun mancanegara. Kami pun sudah siap dengan berbagai jenis antisipasi jika memang benar akan ada erupsi (Gunung Agung)," katanya di Kabupaten Karangasem, Bali, Kamis (5/10).

Menurut dia, destinasi wisata di Pulau Dewata masih sangat siap menerima kunjungan wisatawan. Terkecuali memang beberapa destinasi di areal kawasan rawan bencana (KRB) yang jumlahnya tidak begitu banyak.

Terkait penanganan bencana, Menpar menilai sudah ada kesiapsiagaan pemulihan pascabencana alam. Seperti pengalaman letusan Gunung Raung di wilayah Banyuwangi, Jawa Timur, yang juga sempat berdampak pada pariwisata di wilayah tersebut. "Di sana (Banyuwangi) kami sudah pernah aplikasikan penanganan pascabencana dan sudah berjalan sangat baik," kata Arief sembari menjelaskan hal itu bisa diterapkan untuk kasus Gunung Agung.

Selain itu, Pemerintah telah menyiapkan berbagai opsi terkait kondisi terburuk jika memang Gunung Agung meletus. Tiga opsi yang akan diambil yakni terkait akses, akomodasi dan atraksi. Untuk akses, pihaknya akan segera berkoordinasi dengan Kementerian Perhubungan mengenai akses evakuasi wisatawan ke berbagai wilayah di sekitar Bali seperti Jawa dan Lombok.

Sselain pula terkait kesiagaan bus mengantisipasi Bandara Internasional Ngurah Rai ditutup total. "Akses wisatawan baik domestik maupun mancanegara sudah dipetakan jika memang kondisi terburuk terjadi (erupsi)," katanya.

Menurutnya, sebanyak 300 bus siap siaga jika memang harus dialihkan ke Bandara Praya di Nusa Tenggara Barat (NTB) atau ke Juanda di Surabaya, Jawa Timur. "Yang juga perlu diperhatikan adalah terkait atraksi kepada para wisatawan jika seandainya mereka tidak bisa keluar Pulau Dewata dalam jangka waktu tertentu sehingga wisatawan tetap nyaman tinggal di Bali," ujarnya.

Arief juga mengungkapkan bahwa bencana bisa terjadi di mana saja, termasuk wilayah yang memiliki objek wisata. Hal tersebut tidak perlu terlalu dikhawatirkan dan dibahas terlalu lama. Tetapi, bagaimana penanganan dan penanggulangan sesuai standar dan prosedur yang ada.

Selanjutnya, pihaknya pun tidak menampik ada penurunan jumlah kunjungan wisatawan, utamanya mancanegera (Wisman) ke Pulau Dewata. Kemenpar mencatat penurunan sekitar 100 ribu orang atau sekitar 20 persen dari total kunjungan wisman setiap bulan mencapai 500 ribu orang.

Wakil Bupati Karangasem I Wayan Artha Dipa menjelaskan hanya Besakih dan Kawasan Tulamben masuk dalam wilayah KRB dan selama ini signifikan berkontribusi terhadap kepariwisataan di kabupaten tersebut. Di luar itu, kata dia, destinasi wisata yang ada masih siap menerima kunjungan wisatawan baik domestik maupun mancanegara.

"Besakih selama ini memang berkontribusi besar terhadap total kunjungan wisatawan. Tetapi kami masih punya banyak objek wisata lainnya yang juga masih aman untuk dikunjungi," kata Artha saat mendampingi Menpar berkunjung ke Besakih.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement