REPUBLIKA.CO.ID, PEKALONGAN -- Industri batik di Indonesia perlu terus didorong untuk senantiasa mengalami peningkatan. Sekretaris Kementerian Koperasi dan UKM Agus Muharram mengimbau, agar para pelaku usaha batik agar memanfaatkan teknologi digital untuk memperluas pasar dan terus mengembangkan usahanya melalui sistem penjualan e-commerce.
"Jangan hanya mengandalkan pameran di gedung yang mewah, tetapi bisa juga melalui online, karena ini era digital," kata Agus dalam keterangan pers tertulis, Kamis (5/10).
Menurut Agus, para UKM batik bisa memanfaatkan dana pinjaman dari PT Permodalan Nasional Madani (PNM). Ia menyebut angka pinjaman kredit macet atau non performing loan (NPL) di kalangan pelaku UKM batik terbilang rendah. Ia mencontohkan NPL UKM batik untuk wilayah Tegal dan Pekalongan, hingga saat ini mencapai 0,7 persen.
Sementara itu pemimpin Cabang PNM Tegal Haryono menyebutkan nasabah PNM di wilayah Tegal telah mencapai 1.443 mitra nasabah dengan total outstanding pembiayaan Rp 101,3 miliar. Sedangkan angka NPL sebesar 0,76 persen per akhir September 2017.
"Artinya, nasabah PNM sebesar 99,24 persen lancar semuanya pembayaran cicilannya," ujar dia.