REPUBLIKA.CO.ID, HO CHI MINH - Menteri Koperasi dan UKM (MenKopUKM) Teten Masduki melakukan kunjungan kerja ke Vietnam dalam upaya memperkuat kerja sama ekonomi kedua negara khususnya terkait koperasi dan UKM serta produksi pangan.
“Sebagai sesama negara ASEAN, Indonesia dan Vietnam memiliki potensi ekonomi yang relatif sama sehingga perlu menjalin kerja sama untuk membangun kolaborasi untuk memperkuat keunggulan domestik kedua negara,” kata MenKopUKM Teten Masduki dalam keterangannya di Vietnam, Kamis (21/3).
Kunjungan kerja Menteri Teten berlangsung pada 21-22 Maret 2024 dan bertemu dengan Nguyen Hai Ninh, Secretary of the Provincial Party Committee yang bertindak sebagai chair meeting, serta Nguyen Tan Tuan, Chairman of Khanh Hoa Provincial People’s Comittee.
Turut mendampingi Menteri Teten, Duta Besar Indonesia untuk Vietnam Denny Abdi dan Pj Gubernur Jawa Timur Adi Karyono, Deputi Menteri Perekonomian Bidang Kerja sama Internasional Edi Prio Pambudi dan Deputi Bidang UKM Kementerian Koperasi dan UKM (KemenKopUKM) Ahmad Zabadi.
Data menunjukkan ASEAN merupakan kawasan yang memiliki potensi besar di sektor agrikultur dan akuakultur. Data FAO pada 2024 menunjukkan hampir seperlima dari total produksi ikan dunia berasal dari ASEAN, yakni 42 juta ton dari total 218 juta ton produksi ikan dunia.
Selain itu, hampir seperempat produksi beras dunia berasal dari ASEAN, yakni 193,1 juta ton dari total 776 juta ton produksi beras dunia (FAO, 2023).
“Potensi yang dimiliki Indonesia dan Vietnam penting untuk dikolaborasikan melalui peningkatkan produksi dan hilirisasi pangan yang melibatkan koperasi dan UMKM, salah satunya melalui pengembangan ekosistem pertanian digital sebagai langkah transformatif dari pertanian tradisional menjadi pertanian modern,” kata MenKopUKM.
Kerja sama lainnya adalah bidang riset dan pengembangan di sektor agrikultur dan akuakultur untuk terus meningkatkan kualitas dan daya saing produk KUMKM di pasar global.
“Penting juga meningkatkan kerjasama mengembangkan model bisnis dan kemitraan rantai pasok perikanan dan pertanian di ASEAN,” kata Menteri Teten.
Menteri Teten mengemukakan penguatan kerja sama ini akan berdampak pada semakin terbukanya lapangan kerja berkualitas di kedua negara. Saat ini, 27,02 persen dari total tenaga kerja di ASEAN bekerja di sektor pertanian, perikanan, dan kehutanan sebagaimana data ASEAN Secretariat, 2023.
Lapangan kerja berkualitas sangat diperlukan agar generasi muda lebih banyak terlibat di sektor ini, sebab ke depan generasi muda merupakan kekuatan pendorong kemajuan pangan dan perikanan di kawasan ASEAN.
Hal ini didukung oleh data bahwa ASEAN memiliki 224,2 juta anak muda dengan 53 persen Gen Z (15-25 tahun) dan 47 persen Milenial (26-35 tahun) (ASEAN Secretariat, 2022).
Mendukung hal tersebut, Menteri Teten mengungkapkan saat ini Indonesia tengah berfokus mengembangkan beberapa inisiatif hilirisasi, baik produk pertanian, perikanan, peternakan, hingga perkebunan berbasis koperasi.
“Intinya, mengembangkan model korporatisasi petani dan nelayan berbasis koperasi. Di mana koperasi berpersn sebagai agregator, inovator, dan fasilitator untuk menghubungkan produk petani dan nelayan dengan rantai pasok usaha besar dan global,” kata Menteri Teten.
Sejumlah inovasi program KemenKopUKM terkait hilirisasi, di antaranya adalah hilirisasi kelapa sawit menjadi Minyak Makan Merah, hingga pengembangan sejumlah komoditas unggulan oleh koperasi melalui Rumah Produksi Bersama.