Senin 02 Oct 2017 15:55 WIB

Selain Cabai Merah, Biaya Kuliah Angkat Inflasi Sumbar

Rep: Sapto Andika Candra/ Red: Nur Aini
Lulus kuliah (ilustrasi)
Foto: guardian
Lulus kuliah (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, PADANG -- Laju inflasi Kota Padang dan Bukittinggi, Sumatra Barat masih bergerak di kisaran nol hingga satu persen sejak Januari hingga September 2017. Badan Pusat Statistik (BPS) Sumbar merilis, Kota Padang mengalami inflasi sebesar 0,13 persen dan 0,31 persen untuk Kota Bukittinggi pada September 2017 lalu. Bahkan bila dilihat dari laju inflasi tahun kalender untuk Januari-September 2017, inflasi Padang dan Bukittinggi masing-masing sebesar 0,71 dan 0,26 persen.

Meski rendah, tetapi tetap ada beberapa komoditas yang menyumbangkan laju inflasi di Padang dan Bukittinggi. Kepala BPS Sumatra Barat Sukardi menjelaskan, laju inflasi di Padang pada umumnya masih didominasi oleh kenaikan bahan pangan dengan nilai inflasi 0,42 persen. Beberapa bahan pangan yang terpantau berkontribusi terhadap inflasi adalah cabai merah yang harganya naik 4,92 persen, dendeng dengan kenaikan harga 26,22 persen, minyak goreng naik 1,19 persen, teri naik 2,68 persen, dan jengkol yang mengalami kenaikan harga 1,82 persen.

Sementara untuk Bukittinggi, inflasi terbesar juga dikontribusikan oleh bahan pangan, dengan kenaikan harga tertinggi juga dialami oleh cabai merah yakni 10,83 persen. Namun, ada satu penyumbang inflasi yang muncul pada perhitungan September lalu, yakni biaya akademi atau perguruan tinggi. Biaya kuliah mengalami kenaikan sebesar 11,08 persen dibanding bulan sebelumnya dengan sumbangan inflasi hingga 0,09 persen.

"Tahun 2017 inflasi Sumbar nggak sampai 2 persen. Ini kan padang 0,71 persen. Ini tinggal tiga bulan, dan hanya Desember nanti yang kami prediksikan terjadi inflasi menurut pola inflasi tahunan," kata Sukardi di Kantor BPS Sumatra Barat, Senin (2/10).

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement