Ahad 01 Oct 2017 19:14 WIB

KLHK Tetap Cegah Karhutla di Musim Penghujan

Rep: Melisa Riska Putri/ Red: Citra Listya Rini
Kebakaran Hutan dan Lahan (Karhutla).
Kebakaran Hutan dan Lahan (Karhutla).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA  --  Memasuki curah hujan di beberapa wilayah Indonesia tidak menyurutkan upaya pencegahan dan pemadalam kebakaran hutan dan lahan (Karhutla). Direktur Pengendalian Kebakaran Hutan dan Lahan KLHK Raffles B. Panjaitan mengatakan, Brigade Pengendalian Karhutla Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) Manggala Agni terus siaga.

Seluruh Kepala Daops Manggala Agni diperintahkan untuk terus melakukan monitoring dan pengecekan langsung terhadap hasil pantauan titik panas atau hotspot. Pengecekan langsung atau groundcheck merupakan langkah awal pencegahan karhutla pada lokasi ditemukannya hotspot. Melalui groundcheck, kata dia, dapat diketahui apakah di lokasi benar-benar terjadi kebakaran atau tidak.

"Apabila ditemukan titik api, tim groundcheck segera memberikan laporan ke markas Daops, untuk segera ditindaklanjuti upaya pemadaman, agar kebakaran tidak meluas," katanya melaui siaran resmi, Ahad (1/10).

Misalnya, seperti yang terjadi di Kalimantan Barat. Hasil groundcheck Manggala Agni Daops Semitau 30 September di Desa Kenepai Komplek, Kecamatan Semitau, Kabupaten Kapuas Hulu menemukan lahan terbakar seluas 3,5 hektare, yang terindikasi akan digunakan untuk persiapan lahan pertanian.

Begitu pula di Kalimantan Tengah, setelah di lakukan groundcheck, Manggala Agni Daops Pangkalan Bun, menemukan lahan terbakar seluas lebih dari 3 hektare di Desa Bangkuang Makmur, Kecamatan Mentawa Baru Ketapang, Kabupaten Kotawaringin Timur dan segera melakukan pemadaman.

Di Kalimantan Selatan, dua lahan masing-masing seluas 15 hektare dan 2 hektare ditemukan terbakar oleh Manggala Agni Daops Banjar, di Kabupaten Banjar. Sedangkan di Sulawesi Selatan, pemadaman dilakukan oleh Manggala Agni Daops Tinanggea di Desa Lantari, Kecamatan Tinanggea, Kabupaten Bombana, pada lahan yang terbakar seluas 23,5 hektare.

"Upaya pencegahan lainnya, yaitu patroli mandiri dan patroli terpadu harus terus dilakukan, meskipun tidak ada kebakaran," ujar Raffles.

Nilai Indeks Standar Pencemaran Udara (ISPU) per 30 September 2017 menunjukkan kategori Baik pada beberapa provinsi rawan karhutla yakni Aceh, Riau, Jambi, Sumatra Barat, Sumatera Selatan, Kalimantan Barat, Kalimantan Selatan, Kalimantan Tengah, Kalimantan Timur dan Kalimantan Utara. Dari 19 Kabupaten/Kota yang terpantau, hanya satu yang menunjukkan nilai ISPU pada level Sedang.

Hingga 30 September 2017 malam, pantauan Satelit NOAA mencatat jumlah hotspot sebanyak 2.320 titik di seluruh wilayah Indonesia. Sedangkan pada periode yang sama tahun 2016, jumlah hotspot sebanyak 3.376 titik, sehingga terdapat penurunan jumlah hotspot sebanyak 1.056 titik atau 31,27 persen.

Pantauan satelit TERRA-AQUA (NASA) menunjukkan angka titik panas yang lebih rendah, yaitu 12 titik. Per 30 September terpantau ada 1.705 titik. Jumlah tersebut diakui Raffles menurun sebanyak 1.781 titik atau 51,09 persen jika dibandingkan dengan tahun 2016 pada periode yang sama, 3.486 titik.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement