REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA -- Menteri Koordinator Perekonomian Darmin Nasution menyatakan, pemerintah tidak ingin nilai tukar rupiah terhadap dolar AS terlalu kuat. Hal ini karena kurs rupiah yang terlalu kuat akan berpengaruh terhadap kinerja ekspor dan impor. Karena itu, pemerintah mendorong angka keseimbangan nilai tukar supaya rupiah tidak terlalu lemah maupun tidak terlalu kuat.
''Jangan dibilang sekarang sudah terlalu kuat, belum. Tapi kita nggak mau terlalu kuat,'' kata Darmin, di Kompleks Parlemen Senayan, Jakarta, Rabu (13/9).
Menurut dia, nilai tukar rupiah yang terlalu kuat dan terlalu lemah akan berdampak pada sektor ekspor dan impor. Namun, Darmin enggan mengungkapkan berapa angka ideal nilai tukar rupiah.
Meski demikian, ia menyatakan nilai tukar saat ini mendekati angka fundamentalnya. ''Fundamental itu nilai fair-nya berapa secara fundamental. Rasanya masih ada ruang sedikit lagi tapi nggak banyak,'' ucap Darmin.
Sebelumnya, dalam RAPBN 2018, DPR mengoreksi asumsi nilai tukar rupiah terhadap dolar AS. Pemerintah mengusulkan Rp 13.500 per dolar AS, sementara DPR memangkasnya 100 poin menjadi Rp 13.400.