REPUBLIKA.CO.ID, NEW YORK -- Harga minyak mentah melonjak setelah Badan Energi Internasional (IEA) mengatakan surplus minyak mentah global mulai menyusut, meskipun data AS menunjukkan peningkatan besar dalam persediaan domestiknya karena Badai Harvey. Harga minyak mentah AS, West Texas Intermediate (WTI) untuk pengiriman Oktober naik 1,07 dolar AS atau 2,2 persen menjadi menetap di 49,30 dolar AS per barel di New York Mercantile Exchange.
Sementara itu, harga patokan Eropa, minyak mentah Brent North Sea untuk pengiriman November naik 89 sen menjadi 55,16 dolar AS per barel di London ICE Futures Exchange. Harga bensin AS turun meski terjadi rekor penarikan dalam cadangan bahan bakar minyak.
Para analis memperkirakan pasokan akan meningkat saat kilang-kilang kembali beroperasi setelah Harvey menutup hampir seperempat kapasitas AS. Permintaan diperkirakan akan merosot akibat dampak Badai Irma di negara bagian Florida dan Georgia yang memiliki konsumsi tinggi.
Data Badan Informasi Energi AS (EIA) menunjukkan kenaikan 5,9 juta barel minyak mentah pekan lalu, melebihi ekspektasi. Sebagian besar disebabkan oleh kenaikan hampir 10 juta barel di wilayah Teluk AS, dan karena produksi minyak mentah "rebound" dari gangguan singkat Badai Harvey.
"Ini akan memakan waktu lama bagi pasar untuk mengetahui dampak penuh dari angin topan, namun yang pasti dari sudut pandang produksi minyak ada sedikit gangguan," kata Joe McMonigle, analis kebijakan energi di Hedgeye Potomac Research di Washington. .
Laporan bulanan IEA yang berbasis di Paris mencatat bahwa ketergantungan pada Gulf Coast membuatnya rentan terhadap kejadian seperti Harvey. Amerika Serikat dinilai harus memperkuat keamanan energinya untuk mengatasi badai, dengan langkah-langkah seperti menambahkan produk minyak ke persediaan yang dipegang pemerintah.