Selasa 12 Sep 2017 15:42 WIB

Ini Konsep Korporasi Petani yang akan Dikenalkan Jokowi

Red: Nur Aini
Petani memanen padi dikawasan Seyegan, Sleman, DI Yogyakarta (ilustrasi).
Foto: ANTARA
Petani memanen padi dikawasan Seyegan, Sleman, DI Yogyakarta (ilustrasi).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Presiden Joko Widodo memperkenalkan konsep "korporasi petani" untuk mengubah pola kerja petani agar lebih modern.

"Kalau saya bicara mengenai mengkorporasikan petani kelihatannya keliru malah disebut mau menjadikan petani di bawah konglemerat, bukan itu," kata Presiden Joko Widodo dalam pembukaan rapat terbatas (ratas) di Kantor Presiden Jakarta, Selasa.

Ratas tersebut membahas "Mengkorporasikan Petani" yang diikuti oleh antara lain Menteri Pertanian Amran Sulaiman, Menteri Agraria dan Tata Ruang/Kepala Badan Pertanahan Nasional Sofyan Djalil, serta Menteri Perencanaan dan Pembangunan Nasional (PPN)/Kepala Bappenas Bambang Brodjonegoro.

Selain itu hadir pula sejumlah Menteri Kabinet Kerja lainnya ditambah Gubernur Jawa Timur Sukarwo, Gubernur Jawa Tengah Gandjar Pranowo serta pimpinan PT Badan Usaha Milik Rakyat (BUMR) Pangan Terhubung Sukabumi Luwarso.

"Maksudnya adalah membuat kelompok besar petani (agar) mereka berpikir dengan manajemen modern, berpikir dengan aplikasi-aplikasi modern, berpikir dengan cara-cara pengolahan industri yang modern dan sekaligus memasarkannya ke industri retail, memasarkannya ke konsumen dengan cara-cara 'online store', toko 'online', memasarkannya ke retail-retail dengan sebuah manajemen yang baik," kata Presiden.

Dengan cara itu menurut Presiden Joko Widodo akan dapat lebih memberikan keuntungan bagi petani. "Kemudian memiliki industri pengolahan sendiri, setelah memiliki industri benih, memiliki aplikasi produksi, memiliki penggilingan modern, memiliki kemasan juga yang juga langsung berada di satu lokasi, kemasan yang modern, packaging yang modern petani juga mestinya memiliki industri pengolahan, pascapanen," ungkap Presiden.

Contohnya adalah industri pengolahan yang mengubah beras menjadi tepung. "Proses-proses bisnis, proses-proses agrobisnis seperti ini yang sebetulnya memberikan nilai tambah yang besar. Marilah kita ajar petani-petani kita untuk berkumpul dalam sebuah kelompok besar petani," kata Presiden.

Pembahasan soal agrobisnis ini menindaklanjuti kunjungan Presiden ke PT BUMR Pangan Terhubung pada 1 September 2017. Koperasi pengolahan beras beras yang dikerjakan secara modern, hasil olahan beras juga dikemas dalam bentuk yang menarik dan modern sehingga dapat langsung dipasarkan ke konsumen. PT BUMR Pangan Terhubung melakukan pengolahan beras dari hulu ke hilir dengan menggandeng para petani sekitar. Koperasi tersebut juga memberikan pendampingan dan membantu menyediakan pinjaman modal dengan melakukan kajian terlebih dahulu.

Selama masa tanam, petani selalu berkoordinasi dengan koperasi. Panennya pun kemudian diolah dengan menggunakan teknologi yang modern. Nantinya, hasil penjualan beras akan dibagi dengan para petani. Beras tersebut didistribusikan secara langsung kepada toko retail maupun menggunakan media sosial untuk dipasarkan kepada pelanggannya.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement