Senin 11 Sep 2017 16:06 WIB

Ratusan Hektare Lahan Pertanian di Sukabumi Kekeringan

Rep: Riga Nurul Iman/ Red: Nur Aini
kekeringan - ilustrasi
kekeringan - ilustrasi

REPUBLIKA.CO.ID, SUKABUMI — Bencana kekeringan mulai berdampak pada ratusan hektare lahan pertanian di Kabupaten Sukabumi. Hingga akhir Agustus 2017 tercatat seluas 287 hektare lahan pertanian padi sawah yang kekeringan.

Data Dinas Pertanian Kabupaten Sukabumi menyebutkan, ratusan hektare lahan yang terdampak kekeringan berada di empat kecamatan yakni Ciemas, Cimanggu, Cisolok, dan Cikembar. Sementara itu ada dua kecamatan yang lahan pertaniannya terancam kekeringan yakni Waluran dan Palabuhanratu. Total luas pertanaman padi sawah di enam kecamatan itu seluas 820 hektare.

'' Lahan yang terdampak kekeringan tidak terlalu banyak,'' ujar Kepala Dinas Pertanian Kabupaten Sukabumi Dedah Herlina kepada Republika Senin (11/9). Pasalnya terang dia para petani sudah melakukan antisipasi menjelang kemarau dengan tidak menanam padi sesuai informasi dari Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG).

Namun, kata Dedah, ada sebagian petani yang nenanam padi dan kini mengalami kekeringan karena kesulitan mendapatkan pasokan air. Data yang tercatat dari 16-31 Agustus 2017 lalu menyebutkan ada seluas 287 hektare lahan pertanian yang kekeringan.

Rinciannya, kekeringan tingkat ringan seluas 41 hektare, kekeringan sedang seluas 206 hektare, dan kekeringan berat sebanyak 40 hektare. Kekeringan ini tersebar di empat kecamatan yakni Ciemas seluas 30 hektare, Cimanggu seluas lima hektare, Cisolok dua hektare, dan Cikembar 250 hektare. Khusus di Kecamatan Cikembar kekeringan juga disebabkan faktor saluran air yang tertimbun pengerukan tanah.

Selain yang sudah terdampak kekeringan lanjut Dedah, ada seluas 125 hektare lahan pertanian yang terancam kekeringan. Kawasan terancam ini berada di enam kecamatan yakni Waluran, Palabuhanratu, Cikembar, Cisolok, Ciemas, dan Cimanggu.

Dedah mengungkapkan, petani yang terdampak kekeringan dan ikut Asuransi Usaha Tani Padi (AUTP) maka asuransinya akan dicairkan sehingga tidak terlalu merugi. "Sebagian petani yang terdampak kekeringan ada yang sudah klaim AUTP,'' ujarnya.

Di sisi lain, ujar Dedah, sebagian besar petani di selatan Sukabumi membiarkan lahannya kosong sementara waktu. Nantinya lanjut dia ketika musim hujan datang maka petani akan menanam kembali. Namun, kata Dedah, ada sebagian petani lainnya yang beralih menanam palawija seperti kedelai dan jagung. Hal ini dilakukan karena jenis tanaman ini tidak terlalu banyak membutuhkan air.

Salah seorang petani di Kecamatan Surade H Sahlan mengatakan, para petani di selatan Sukabumi sudab beralih menanam tanaman palawija sejak beberapa bulan terakhir. '' Petani sudah tidak lagi tanam padi dan beralih tanam semangka dan melon,'' ungkapnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement