Ahad 03 Sep 2017 20:41 WIB

OJK: Kinerja Bank Syariah di Sulawesi dan Papua Melambat

Red: Nur Aini
Perbankan syariah (ilustrasi)
Foto: Republika/Prayogi
Perbankan syariah (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, MAKASSAR -- Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Regional VI Sulawesi, Maluku, dan Papua (Sulampua) menilai bahwa meskipun kinerja pertumbuhan perbankan syariah di daerah itu melambat, namun kualitas pembiayan tetap terjaga pada level yang rendah pada Juli 2017.

"Kinerja pertumbuhan perbankan syariah di daerah itu melambat namun kualitas pembiayan tetap terjaga pada level yang rendah," kata Kepala Bagian Kemitraan dan Pengembangan Ekonomi dan Keuangan Daerah OJK Regional VI Sulampua Andi Muhammad Yusuf di Makassar, Ahad (3/9).

Ia menjelaskan aset perbankan syariah posisi Juli 2017 tercatat pertumbuhan negatif sebesar -5,59 persen yang dihitung secara 'year on year' (yoy) atau secara periode 'year to date' (ytd) sebsar -5,26 persen menjadi Rp 6,36 triliun. Hal itu, kata dia, dipengaruhi oleh pertumbuhan pembiayaan yang negatif sebesar -0,84 persen ytd menjadi Rp 5,83 triliun.

Berdasarkan data terbaru, kata dia, penghimpunan dana pihak ketiga (DPK) juga mencatat pertumbuhan negatif seebsar -0,17 persen yoy atau -7,05 persen ytd dari Rp3,72 triliun pada Desember 2016 menjadi Rp 3,71 triliun pada Juli 2017.

Namun, kata Andi, fungsi intermediasi perbankan syariah di Sulsel tetap tinggi dengan FDR sebesar 156,92 persen. Begitu pula penerapan prinsip kehati-hatian dalam penyaluran pembiayaan berjalan baik yang ditandai dengan rasio pembiayaan bermasalah (nonperforming funding/NPF) masih tergolong rendah 3,24 persen.

Berbeda dengan syariah, kata dia, kinerja perbankan Sulawesi Selatan tetap mengalami peningkatan diiringi penurunan kredit bermasalah yang signifikan. Bahkan aset perbankan Sulsel posisi Juli 2017 tumbuh 5,49 persen yoy atau 2,87 persen ytd menjadi Rp 129,57 triliun.

Pertumbuhan tersebut sejalan dengan pertumbuhan kredit 6,75 persen yoy atau 3,56 persen ytd menjadi Rp 107,59 triliun. Pertumbuhan kredit terutama ditopang oleh pertumbuhan kredit konsumsi 10,00 persen yoy atau 5,30 persen ytd dengan 'share' terbesar 42,79 persen, serta pertumbuhan kredit modal kerja 9,09 persen yoy atau 4,57 persen ytd dengan share 38,83 persen. Sedangkan kredit investasi yang memiliki share terkecil mengalami pertumbuhan negatif sebesar -4,18 persen yoy atau -2,21 persen ytd

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement