REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Tuntutan akan kebutuhan hidup yang semakin tinggi membuat Inah (39 tahun) terus terpacu menjadi produktif. DIa terdorong untuk jeli melihat peluang usaha.
Pada 2010, dia memutuskan untuk memulai usahanya yaitu menjadi agen kredit pakaian. Usahanya ini tidak berjalan mulus. Dia mengalami berbagai tantangan yang ditemui. Usahanya tersebut akhirnya gulung tikar setelah satu tahun berjalan. Hal ini terjadi karena banyak yang berhutang kepadanya, dan tak sedikit pula yang bahkan tidak membayar. Alhadil, dia pun merugi dan memutuskan untuk tidak melanjutkan kembali usahanya ini.
Kegagalan yang terjadi ternyata tidak menyurutkan tekad Inah untuk membuka usaha baru. “Waktu saya gagal itu memang saya trauma, takut kalau kejadian lagi. Tapi ya saya punya tanggungan, jadi saya semangat terus buat mulai usaha baru," ujarnya dalam keterangan tertulis yang diterima Republika.co.id, Rabu (30/8).
Sekitar awal 2012, dia kembali memulai usaha baru, yaitu membuat aneka jajanan pasar, seperti lemper, aneka kue basah, dan juga gorengan. Setiap pagi dia berkeliling di sekitar tempat tinggalnya. Namun lagi-lagi usahanya ini harus berhenti setelah dua tahun dijalaninya. Bukan karena merugi, namun saat itu Inah merasakan sakit pada kakinya sehingga tidak kuat lagi jika berjalan jauh. Maka terpaksa dia hanya berjualan di rumah saja, karena sepi akhirnya Inah mengahkiri usahanya ini.
Seakan tak kenal lelah, pada akhir 2014 dia kembali memulai usaha baru dengan membuka warung kelontong kecil-kecilan. Saat itu dia mendapatkan suntikan modal dari salah satu fintek yaitu Amartha. Keikutsertaan Inah sebagai mitra Amartha membuka kesempatan baru untuk memajukan usaha yang tengah dia rintis. Selama tiga tahun bergabung, dia telah memperoleh suntikan modal dengan total dana Rp 6 juta secara bertahap, mulai dari Rp 1 juta, Rp 2 juta hingga Rp 3 juta. Modal tersebut dia manfaatkan untuk membeli aneka barang dagangan untuk warung kelontong miliknya.
Hasil kerja keras dan semangat pantang menyerah yang selalu Inah pegang teguh akhirnya membuahkan hasil. Sekarang, usaha warung kelontong miliknya telah semakin maju dan berkembang. Terbukti dengan meningkatnya keberagaman komoditas barang yang dia jual, serta pendapatan yang semakin bertambah banyak.
“Pas awal-awal buka belum dapet bantuan modal, dulu sehari ya dapet-lah Rp 100 ribu kotornya. Sekarang setelah dapat bantuan modal, warung saya gedein, sehari bisa dapat Rp 300 ribu sampai Rp 400 ribu kotornya. Ya kalau untungnya bisa RP 150 ribuan sehari,” ujarnya.
Dengan pendapatan barunya kini, dalam satu bulan dia mampu meraup pendapatan bersih Rp 4,5 juta hingga Rp 5 juta. Jumlah ini telah mampu meningkatkan kesejahteraan Inah dan keluarga. Tak hanya itu, dia juga telah mengalokasikan beberapa rupiah untuk dapat membangun rumah miliknya. “Ya saya sama apak kumpulin dikit-dikit, bapak bangun sendiri ini rumahnya, nggak apa-apa masih kaya begini tapi yang penting rumah sendiri. Jadi nggak ngontrak lagi saya," kata dia.
Inah adalah satu dari 40 ribu lebih mitra Amartha yang telah mendapatkan suntikan modal untuk mendorong perkembangan usahanya. Dengan penetrasi bisnis yang telah dilakukan sepanjang semester I 2017, Amartha berhasil menggelontorkan pembiayaan dengan total lebih dari Rp 107 miliar kepada pengusaha kecil dan mikro layaknya Inah di berbagai pedesaan yang tersebar di Pulau Jawa.