Jumat 25 Aug 2017 20:43 WIB

Bidik Investasi dari Pertemuan IMF-WB di Bali

Rep: Melisa Riska Putri/ Red: Qommarria Rostanti
Gubernur Bank Indonesia (BI) Agus Martowardojo ( kanan), bersama World Bank Vice President and Corporate Secretary Yvonne Tsikata, Secretary of the Fund and the International Monetary and Financial Committee Jianhai Lin,Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman Luhut Binsar Pandjaitan (ketiga kiri), Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati, dan Menteri Komunikasi dan Informatika Rudiantara (dari kiri) saat menjawab pertanyaan media pada peluncuran situs resmi pertemuan tahunan International Monetary Fund- World Bank 2018 (AM 2018) usai rapat koordinasi di Nusa Dua, Bali, Jumat (25/8).
Foto: Republika/Rakhmawaty La'lang
Gubernur Bank Indonesia (BI) Agus Martowardojo ( kanan), bersama World Bank Vice President and Corporate Secretary Yvonne Tsikata, Secretary of the Fund and the International Monetary and Financial Committee Jianhai Lin,Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman Luhut Binsar Pandjaitan (ketiga kiri), Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati, dan Menteri Komunikasi dan Informatika Rudiantara (dari kiri) saat menjawab pertanyaan media pada peluncuran situs resmi pertemuan tahunan International Monetary Fund- World Bank 2018 (AM 2018) usai rapat koordinasi di Nusa Dua, Bali, Jumat (25/8).

REPUBLIKA.CO.ID, DENPASAR -- Kesempatan menjadi tuan rumah pertemuan tahunan International Monetary Fund Bank Dunia (IMF-WB) dinilai sudah seharusnya dimanfaatkan dengan optimal. Apalagi di tengah momentum perekonomian Indonesia yang cukup baik.

Pengamat ekonomi dari Bank Permata, Joshua Pardede, mengatakan, dalam sisi ukuran ekonomi, Indonesia baru berada di posisi 16, namun kecepatan pertumbuhan ekonomi Indonesia cukup baik di mata internasional. "Karena kita masih bisa tumbuh 5 persen, Amerika tumbuh 2 persen saja kayanya sudah ngos-ngosan," kata dia dalam acara diskusi media 'Memanfaatkan IMF-WB Annual Meetings 2018 untuk Mendorong Perekonomian Nasional' di Hotel Laguna, Denpasar, Bali, Kamis (24/8).

Kecepatan pertumbuhan ekonomi Indonesia berada di posisi tiga setelah Cina dan India. Hal itu yang tampaknya menjadi pertimbangan IMF-WB melakukan pertemuan tahunan di Indonesia. Apalagi Indonesia masih menjadi tujuan utama investasi paling menarik dibandingkan negara kawasan ASEAN maupun Asia karena potensi demografi dari pertumbuhan ekonomi yang cukup baik dalam beberapa tahun terakhir ini. Berbagai agenda investasi pun terus didorong oleh pemerintah. "Dengan adanya pertemuan tahunan ini saya pikir ini menjadi salah satu momentum untuk kita bisa menggenjot lagi investasi," ujarnya.

Ketua Panitia Nasional Pertemuan Tahunan International Monetary Fund-Bank Dunia (IMF-WB), Luhut Binsar Panjaitan, resmi meluncurkan situs mengenai kegiatan tersebut. Laman ini akan memuat semua informasi terkini mengenai pertemuan tahunan IMF-WB 2018 dan penyelenggaraan oleh panitia nasional.

Selain itu, sejak saat ini hingga pertengahan 2018, informasi pada situs juga akan berfokus pada pariwisata Indonesia."Yaitu rangkaian kegiatan promosi bertujuan untuk mengoptimalkan Indonesia sebagai tuan rumah IMF-WB Annual Meeting," ujarnya di Bali Nusa Dua Convention Center (BNDCC), Jumat (25/8).

Sebenarnya, soft launching laman pertemaun tahunan IMF-WB ini sudah dilakukan di Jakarta. Namun pada  Agustus dilakukan review oleh IMF atas tampilan maupun konten pada situs. Dengan melakukan perbaikan, kini laman www.am2018bali.go.id sudah layak diakses publik. Selain di situs, informasi ini juga bisa diakses melalui media sosial seperti Facebook, Twitter, Instagram maupun Youtube. Hal ini bertujuan agar informasi dapat menyentuh berbagai kalangan baik lokal maupun internasional.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Kepala Satuan Tugas Bank Indonesia untuk pertemuan Tahunan IMF-Bank Dunia 2018 Peter Jacobs, bersama Pengamat Ekonomi Joshua Pardede, Direktur Eksekutif International NGO Forum on Indonesian Development (INFID) Sugeng Bahagijo, dan Ketua Gabungan Industri Pariwisata Indonesia (GIPI) Bali Ida Bagus Agung Partha Adnyana (dari kiri).

Membawa nama besar Indonesia di mata dunia, berbagai persiapan dilakukan secara matang termasuk kesiapan infrastruktur dan persiapan sarana-prasarana seluruh sektor. Pemerintah melakukan percepatan proyek infrastruktur di Bali seperti underpass dekat bandara yang seharusnya selesai 2019, tetapi dipercepat menjadi Agustus 2018. Pihaknya juga akan mempercepat penyelesaian terminal kapal Tanjung Benoa yang sudah 17 tahun tak selesai.

Sebanyak Rp 868 miliar digelontorkan Indonesia sebagai tuan rumah IMF-WB. Dari angka Rp 868 miliar tersebut, yang benar-benar digunakan adalah Rp 555 miliar untuk penyelenggaraan acara. "Sedangkan Rp 243 miliar untuk sewa hotel dari delegasi," ujar Luhut.

Berdasarkan perhitungan tersebut, total biaya yang dikeluarkan adalah sekitar Rp 650 miliar termasuk untuk proyek infrastruktur dan acara budaya. Jika dihitung dari lama waktu para delegasi di Bali, Indonesia akan menerima keuntungan sebesar 100 juta dolar AS. Luhut mengatakan, keuntungan jangka panjang bagi Indonesia adalah pertemuan tahunan ini mampu menggerakkan perekonomian Indonesia berupa investasi dan promosi pariwisata Bali dan destinasi wisata lainnya.

Menteri Keuangan, Sri Mulyani, mengatakan alokasi dana Rp 243 miliar tersebut akan kembali ke Indonesia melalui warga Bali. Dia mengatakan, untuk acara akbar ini akan digunakan event organizer lokal, makan malam yang efisien, dan menampilkan seni dari artis lokal Tanah Air. "Semua local content," ujarnya.

Besarnya kehadiran wisatawan mancanegara (wisman) pada pertemuan IMF-WB 2018 akan memberi peningkatan pendapatan di Bali. Sedikitnya Rp 1,8 triliun akan diterima saat rapat tahunan yang digelar 9 hingga 14 Oktober 2018 tersebut. Ketua Gabungan Industri Pariwisata Indonesia Bali, Ida Bagus Agung Partha Adnyana, mengatakan ada 180 hotel bintang empat dan lima yang berada di sekitar Nusa Dua, Jimbaran, Kuta dan Sanur.

Menurutnya, ada 13.500 kamar hotel di wilayah Nusa Dua, Sawangan, Jimbaran, Tanjung Benoa dan Uluwatu dengan harga 600 dolar AS per malam. Sementara itu, juga tersedia 4.500 kamar dengan harga 200 dolar AS per malam di wilayah Kuta, Seminyak, Sanur dan Ubud. Dalam waktu 10 malam, delegasi mengeluarkan sekitar 90 juta dolar AS untuk penginapan.

Harga tersebut cukup tinggi mengingat pada Oktober merupakan waktu okupansi tinggi. "Baru hotel aja, belum transportasinya dan sebagainya. Kurang lebih mengeluarkan Rp 100 juta sehari untuk satu delegasi," ujarnya.

Artinya, kata dia, dengan perkiraan kehadiran 18 ribu delegasi dan pengeluaran sebesar Rp 100 juta sehari, akan ada Rp 1,8 triliun uang yang masuk ke Bali karena acara ini. Agung memperkirakan para delegasi tersebut tidak berbagi kamar.

Bali telah memiliki pengalaman dalam penyelenggaraan acara internasional sehingga tidak kewalahan untuk gelaran IMF-WB ini. Meski begitu, pemerintah tetap ingin memberikan yang terbaik sehingga ada dana yang dikeluarkan sebesar Rp 1 triliun untuk memperbaiki infrastruktur. "Ini merupakan momentum bagi Bali untuk memperbaiki infrastrukturnya," kata dia.

Seberapa tertarik Kamu untuk membeli mobil listrik?

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement