REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kementerian ESDM tak menampik adanya penurunan investasi di sektor migas pada semester pertama tahun ini. Direktur Jendral Minyak dan Gas, Kementerian ESDM, Ego Syahrial menjelaskan ada banyak faktor yang menyebabkan investasi di sektor migas menurun pada tahun ini.
Ego menjelaskan faktor tersebut tak lepas dari harga minyak dunia yang masih rendah. Ia mengatakan, harga minyak dunia yang tak menarik di pasar membuat para investor juga banyak pertimbangan untuk bisa berinvestasi di sektor migas.
Ego menjelaskan, harga yang rendah menyebabkan banyak negara akhirnya memutuskan untuk melengkapi kebutuhan dalam negerinya terlebih dahulu dibandingkan harus melakukan kegiatan ekspor impor.
"Investasi migas ini kan memang banyak kegiatan di hulu. Ya, selain harga minyak dunia yang memang masih rendah, kalau di internal Indonesia sendiri ada beberapa proyek besar kilang kita yang masih tersendat," ujar Ego di Kementerian ESDM, Selasa (15/8).
Ego mengatakan tak tercapainya target investasi di sektor migas juga salah satunya adalah masih banyaknya proyek kilang migas yang memang masih dalam proses. Ego mencontohkan seperti permasalahan di Blok Masela dan Kilang Bontang menjadi salah satu contoh proyek yang tersendat.
"Selain itu, pada awal penyusunan target investasi migas kita masih memakai standar lama. Nah, ini memang logis jika memang perlu direvisi. Kita susun di kuartal ke III 2016, ini wajar kalau kite revisi," ujar Ego.
Sebelumnya, BPS mencatat sektor migas menyumbang 8,63 persen dari total ekspor, dengan total nilai 1,17 miliar dolar AS atau menurun 7,79 persen (month to month). Untuk negara pangsa ekspor utama Indonesia adalah Cina menyumbang 12,65 persen, AS 11,51 persen, dan Jepang 9,46 persen.