Senin 14 Aug 2017 12:30 WIB

Teknologi Pemupukan Bisa Untungkan Petani Rp 18 Triliun

Rep: Melisa Riska Putri/ Red: Nur Aini
Pupuk organik/ilustrasi
Foto: wikipedia
Pupuk organik/ilustrasi

REPUBLIKA.CO.ID, BOGOR -- Penerapan teknologi pemupukan dinilai bisa memberi keuntungan besar bagi petani. Inovasi pemupukan dinilai bisa menguntungkan petani setara dengan Rp 180 triliun per tahun.

Profesor Riset Kementerian Pertanian, Dedi Nursyamsi mengatakan, inovasi pemupukan saat ini hanya berbasis pada keseimbangan hara. Menurutnya, cara tersebut sudah tidak memadai dalam memacu peningkatan produksi serta efisiensi pemupukan. Sehingga perlu penyempurnaan berupa inovasi pemupukan berbasis Keseimbangan Hara Terintegrasi (IPbKHT).

Penyempurnaan IPbKHT ini dilakukan dengan melengkapi teknologi yang ada melalui penambahan pupuk organik, hayati dan dekomposer. "Upaya ini dapat menghemat penggunaan pupuk sampai 20 persen," katanya dalam orasi pengukuhan profesor riset Kementerian Pertanian di Auditorium Sadikin Sumintawikarta, Cimanggu Bogor, Senin (14/8).

Teknologi tersebut dapat diterapkan melalui paket Jarwo Super yaitu melalui pengintegrasian IPbKHT dengan teknologi lain seperti penggunaan varietas unggul baru Inpari 30 dan Inpari 31, tanam Jajar Legowo, penggunaan Biopestisida, Jarwo Transplanter dan Harvester. Dengan implementasi paket tersebut, akan dihasilkan padi lebih dari 10 ton per hektare Gabah Kering Panen (GKP). Itu artinya, terjadi peningkatan 60 persen dibandingkan cara bertani biasa.

"Bila diterapkan secara masif oleh seluruh petani padi, inovasi ini akan memberikan tambahan keuntungan setara dengan Rp 180 triliun per tahun," ujar dia.

Ia pun optimis target swasembada pangan Padi Jagung Kedelai (Pajale) 2020 dan Lumbung Pangan Dunua 2045 dapat terwujud. Dengan orasi tersebut, Dedi kini menjadi profesor riset Kementan ke 127 setelah Didik Harnowo yang juga dikukuhkan hari ini sebagai profesor riset ke-126 dengan orasi Inovasi Teknologi Benih Kedelai untuk Memacu Pengembangan Industri Hilir Perbenihan. Selain itu, ada pula I Nyoman Widiarta yang dikukuhkan sebagai profesor riset ke-128 dengan orasi berjudul Reformulasi Paket Pengendalian Penyakit Tungro Terpadu pada Tanaman Padi dalam Era Revolusi Hijau Lestari.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement