REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- PT Bank Syariah Mandiri (BSM) menilai animo masyarakat menyimpan uang di bank syariah semakin meningkat. Hal ini terlihat dari peningkatan Dana Pihak Ketiga (DPK) yang lebih tinggi dibandingkan dengan pembiayaan.
Direktur BSM Choirul Anwar menjelaskan, lebih tingginya pertumbuhan DPK ditandai dengan Funding to Deposit Ratio (FDR) yang turun sebesar 0,44 persen dari 82,31 persen menjadi 81,87 persen pada Semester I 2017.
"Rasio FDR turun karena pertumbuhan DPK lebih tinggi daripada pertumbuhan pembiayaan. Alhamdulillah animo masyarakat simpan dana di perbankan syariah terlihat lebih besar," ujar Choirul Anwar dalam paparan kinerja BSM, di Jakarta, Kamis (10/8).
Pada Semester I 2017, BSM membukukan pertumbuhan DPK sebesar 13,34 persen menjadi Rp72,30 triliun dibandingkan periode sebelumnya yang sebesar Rp 63,79 triliun. Sedangkan pembiayaan tumbuh lebih kecil yakni 10,16 persen dengan nilai Rp58,06 triliun dibandingkan Rp52,71 triliun pada semester I 2016. Mayoritas DPK adalah dana murah dengan komposisi sebesar 51,11 persen yang terdiri dari Giro dan Tabungan.
Menurut Choirul, dana murah yang lebih tinggi memberikan ruang bagi bank untuk mendapatkan nett revenue. "Semester 2 ini kita ingin tumbuhkan baik DPK mapun pembiayaan, apakah animo seperti sekarang? DPK akan lebih tinggi daripada pembiayaan," ungkap Choirul.
Di sisi lain, funding yang tumbuh dengan baik, terutama di dana murah, mendorong peningkatan Net Interest Margin (NIM) BSM dari dari 6,54 persen menjadi 7,13 persen secara year on year (yoy) di kuartal II-2017.
Direktur BSM Ade Cahyo Nugroho menjelaskan, kenaikan NIM yang terjadi di BSM bukan dikarenakan adanya penguatan imbal hasil. Namun, karena adanya pengendalian cost of fund yang lebih baik dibandingkan dengan sebelumnya.
"Funding tumbuh lebih baik, terutama di CASA dan utamanya di tabungan yang signifikan. NIM naik bukan karena imbal hasil naik tapi lebih ke cost of fund yang terkendali makanya ada kenaikan di NIM," jelas Ade.
Adapun terkait perolehan laba bersih yang tumbuh hanya 8 persen dari Rp167,64 miliar menjadi Rp181 miliar disebabkan bank yang mengambil kebijakan untuk memperkuat cadangan. Tercatat Cadangan Kerugian Penurunan Nilai (CKPN) BSM yakni sebesar 60 persen dan akan ditahan di kisaran 65 persen hingga akhir tahun. Dengan pencadangan ini, BSM meyakini dapat memperbaiki layanan dan business process.
Sementara dari segi produk, Senior Executive Vice President (SEVP) Retail Banking BSM, Niken Andonowarih menambahkan, hingga akhir tahun BSM masih tetap akan fokus pada lima produk unggulan, terutama di ritel.
Produk-produk tersebut antara lain gadai dan cicil emas, griya, pembiayaan mikro, pembiayaan pensiunan serta tabungan mabrur. Selain itu, BSM juga akan tetap menyasar sektor produktif dan usaha kecil.
"Kami tetap booking (pembiayaan) di setiap segmen, lalu juga ada produk tabungan. Kami fokus tekan cost of fund," kata Niken.
Niken mengatakan, BSM belum ada rencana merilis produk baru, tapi lebih meningkatkan pelayanan dari produk yang sudah ada. Pihaknya meyakini saat ini produk yang sudah ada telah dapat memenuhi berbagai kebutuhan masyarakat.