Selasa 25 Jul 2017 09:56 WIB

Sanksi Uni Eropa Buat Laba Google Anjlok 25 Persen

Rep: Rizky Jaramaya/ Red: Nidia Zuraya
CEO Google Sundar Pichai
Foto: NBCNews
CEO Google Sundar Pichai

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Google harus membayar denda sebesar 2,7 miliar dolar AS kepada Uni Eropa karena dianggap menjalankan bisnis dengan persaingan tidak sehat. Perusahaan tersebut mengantongi pendapatan sebesar 26 miliar dolar AS dengan harga saham yang menembus 5,01 dolar AS per saham.

Setelah diminta membayar denda oleh Uni Eropa, saham Google turun 2,5 persen dan keuntungannya juga ikut turun sebesar 25 persen. Perusahaan tersebut masih berdiskusi dengan regulator Uni Eropa mengenai konsekuensi akhir dari hasil penyelidikan selama tujuh tahun yang menunjukkan bahwa Google telah menjalankan monopoli bisnis yakni dengan memprioritaskan produknya sendiri.

Chief Executive Google Sundar Pichai mengatakan, Google dapat terus berkembang meski tidak mempromosikan produknya di ponsel Android. Dia melihat pasar dan ekosistem saat ini sudah terbuka.

"Banyak produk kami yang sukses di Android telah berhasil diluar Android, pasar dan ekosistem terbuka, ia bekerja dengan baik untuk semua orang yang terlibat," ujar Pichai dilansir Washington Post, Selasa (25/7).

 

Sejumlah analis mengemukakan kekhawatiran efek dari denda tersebut akan mengurangi pendapatan iklan Google, seperti yang dialami oleh YouTube. Namun, Google melaporkan bahwa pendapatan iklan naik 18 persen menjadi 22,7 miliar dolar AS.

Chief Financial Officer Alphabet Ruth Porat mengatakan, pertumbuhan produk perangkat keras seperti Google Home dan Google WiFi memiliki kinerja dengan baik. Di sisi lain, kinerja bisnis Google Cloud juga membaik dan menjadi prioritas utama. Google Cloud mengantongi pendaptan sebesar 3,09 miliar dolar AS meningkat dari pendapatan tahun lalu yakni 2,17 miliar dolar AS. Sementara itu, pertumbuhan produk Alphabet lainnya yakni Nest, Waymo, dan Google Fiber mengalami kerugian sebesar 772 juta dolar AS.

Alphabet Inc adalah perusahaan multinasional Amerika Serikat dan mengalami restrukturisasi pada 2 Oktober 2015. Alphabet merupakan perusahaan induk Google.

Seberapa tertarik Kamu untuk membeli mobil listrik?

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement