Kamis 20 Jul 2017 18:25 WIB
hasil riset profesor ITS

Kapal Berbahan Bakar Gas Lebih Hemat 50 Persen

Rep: Binti Sholikah/ Red: Dwi Murdaningsih
Petugas berada di atas kapal KN SAR Sadewa 231 milik Basarnas, pada peresmian kapal tersebut di kawasan Pelabuhan Tanjung Emas Semarang, Jateng, Jumat (20/3).
Foto: Antara/R. Rekotomo
Petugas berada di atas kapal KN SAR Sadewa 231 milik Basarnas, pada peresmian kapal tersebut di kawasan Pelabuhan Tanjung Emas Semarang, Jateng, Jumat (20/3).

REPUBLIKA.CO.ID, SURABAYA - Operasional kapal yang menggunakan bahan bakar gas dapat menghemat biaya sampai 50 persen. Hal itu diteliti oleh Guru Besar Departemen Teknik Sistem Perkapalan Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya, Semin.

Penelitian Profesor Bidang Teknik Sistem Perkapalan ITS tersebut fokus pada armada maritim yang berbahan bakar gas. Sebab, gas harganya lebih murah dan emisinya lebih rendah. Namun, selama ini bahan bakar gas lebih banyak diekspor daripada dimanfaatkan di dalam negeri.

Semin telah meneliti pada kapal nelayan di daerah Lekok Kabupaten Pasuruan. Sekitar 400 nelayan terlibat dalam penelitian tersebut. Para nelayan difasilitasi proses konversi bahan bakar dari solar ke gas oleh Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP).

"Kapal nelayan di sana sudah mengunakan bahan bakar gas, sudah jalan sejak 2010. Karena Pasuruan dilewati pipa gas yang menuju Surabaya dan Gresik. Nelayan bisa hemat 50 persen," kata dia, kepada wartawan di gedung Rektorat ITS Surabaya, Kamis (20/7).

Menurutnya, bahan bakar gas dapat digunakan di kapal nelayan, kapal ikan, kapal perang, kapal penumpang? kapal kontainer, kapal minyak, maupun kapal untuk memandu kapal besar. Dari semua kapal tersebut nanti bisa diubah dari bahan bakar bukan gas menjadi gas.

Bahan bakar gas terdiri dari tiga jenis yakni LPG, LNG dan CNG. Masing-masing memiliki spesifikasi, keunggulan dan kelemahan. Penelitiannya fokus pada bahan bakar gas jenis CNG. Semin menyatakan Indonesia memiliki potensi bahan bakar gas nomor 11 di dunia. Namun, pemanfaatan dalam negeri masih kurang.

Ia juga menyontohkan di negara kain seperti Singapura dan Malaysia, kendaraan yang menggunakan bahan bakar gas diberi subsidi satu tahun bebas pajak karena telah menurunkan emisi di daerahnya.

"Bahan bakar gas punya lelebihan harganya murah. Satu liter CNG harganya sepertiga dari satu liter solar.

Misalnya di kapal konsumsi bahan bakar per jam rata-rata 1.000 liter. Kalau solar harganya Rp 7.000 per liter jadi Rp 7 juta per jam. Kalau menggunakan gas biayanya hanya sekitar Rp 2 juta," ujarnya.

Ia juga mencontohkan, bahan bakar solar di mobil satu tangki berisi 45 liter bisa menempuh jarak sekitar 300 kilometer. Jika menggunakan bahan bakar gas satu tabung setara dengan 40 liter solar bisa menempuh jarak 300 kilometer. Padahal, harga gas sepertiga harga solar. "Kalau kapal feri satu kali trip butuh sembilan tabung, kapal feri yang bisa ngangkut 20 mobil," kata dia.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement