Jumat 14 Jul 2017 09:59 WIB

Kawasan Industri Kalimantan Utara Ditawarkan Investor Cina

Rep: Rizky Jaramaya/ Red: Nur Aini
Kalimantan Utara
Foto: IST
Kalimantan Utara

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kementerian Perindustrian menawarkan kawasan industri di Kalimantan Utara (Kaltara) kepada sejumlah investor Cina untuk perluasan usahanya. Upaya ini merupakan kelanjutan kerja sama bisnis Indonesia-Cina pada forum One Belt One Road (OBOR) beberapa waktu lalu.

Dirjen Pengembangan Perwilayahan Industri Kementerian Perindustrian Imam Haryono mengatakan, para investor dari Negeri Tirai Bambu tersebut telah menyatakan minatnya berinvestasi di Indonesia.

"Mereka dari beberapa perusahaan yang bergerak di bidang energi terbarukan terutama hydropower dan geothermal. Kemudian juga ada perusahaan konservasi atau penyediaan air, selain sektor manufaktur," kata Imam dalam siaran pers yang diterima Republika.co.id, Jumat (14/7).

Masuknya investasi Cina ke Indonesia dinilai akan memberikan dampak positif bagi perekonomian nasional khususnya sektor industri. Menurut Imam, kerja sama ini akan sama-sama menguntungkan karena investor Cina mempunyai teknologi, modal, dan jaringan. "Kita punya sumber daya alam, sumber daya manusia, lokasi dan domestik market. Ini kalau di-mix bagus," ujar Imam.

Menurut Imam, Kaltara merupakan wilayah pengembangan industri yang tertuang di dalam Rencana Induk Pengembangan Industri Nasional (RIPIN) tahun 2015-2035. Area ini disebut Kawasan Industri dan Pelabuhan Internasional (KIPI) Tanah Kuning, dan berlokasi di Kecamatan Tanjung Palas Timur, Kabupaten Bulungan. Area ini memiliki luas sekitar 10 ribu hektare dan berpotensi menjadi pusat pengembangan industri pengolahan mineral, kelapa sawit, kakao, dan perikanan.

“Di antaranya kami menawarkan kesempatan berinvestasi pada hydro power plant 7.080 MW. Selanjutnya ada industrial park seluas 4.000 hektare pada tahap pertama, kemudian zona smelter alumina dan industri aluminium seluas 100 Hektare, dan kawasan perumahan terintegrasi seluas 200 hektare,” kata Imam.

Pembangunan kawasan tersebut diestimasi perlu membutuhkan investasi sebesar Rp 21 triliun, yang akan didukung dengan infrastruktur memadai seperti pelabuhan, jalan, dan jembatan. Selain itu, kawasan yang ditargetkan mampu menyerap tenaga kerja sebanyak 60 ribu orang ini rencananya dilengkapi Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) berkapasitas 7.080 mega watt di Kecamatan Long Peso, Kabupaten Bulungan dengan nilai investasi sekitar Rp 170 triliun.

Sebelumnya Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto mengungkapkan, lokasi Kaltara dinilai cukup strategis karena terletak pada lintasan Alur Laut Kepulauan Indonesia II (ALKI II) yang merupakan lintasan laut perdagangan internasional serta berada pada kawasan pusat ekonomi dunia masa depan dan langsung berhadapan dengan negara tetangga. Kawasan industri Tanah Kuning memiliki beragam potensi sumber daya alam yang cukup melimpah khususnya energi terbarukan.

Misalnya, untuk mineral dan energi, antara lain batu gamping (654 ribu ton di Malinau), pasir kuarsa (1 miliar ton di Nunukan), Sirtu (2,5 juta ton di Nunukan), batu bara (970 juta m3/tahun), dan emas. Sedangkan, untuk potensi perkebunan, meliputi kelapa sawit, karet, kakao, kopi, tebu, kapas, tembakau, jagung, dan padi. Di samping itu, potensi alumina dan bauksit di pulau Kalimantan yang dapat dimanfaatkan secara optimal. “Kami mengapresiasi adanya kerja sama B to B (Business to Business) kedua negara, yang diharapkan dapat memberikan kontribusi bagi pendalaman struktur serta peningkatan daya saing industri nasional. Bahkan juga mampu memacu pemerataan pembangunan dan kesejahteraan di Indonesia,” ujar Airlangga.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement