Kamis 13 Jul 2017 01:31 WIB

Pembangunan LRT Butuh Tambahan Dana untuk Sistem Sinyal

Rep: Rahayu Subekti/ Red: Nur Aini
Kendaraan melintas di samping proyek infrastruktur transportasi massal kereta ringan atau Light Rail Transit (LRT) di kawasan Halim, Jakarta, Jumat (30/6).
Foto: Republika/Prayogi
Kendaraan melintas di samping proyek infrastruktur transportasi massal kereta ringan atau Light Rail Transit (LRT) di kawasan Halim, Jakarta, Jumat (30/6).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pemerintah menyatakan ada tambahan anggaran untuk pembangunan kereta ringan (LRT). Tambahan anggaran ini diperlukan karena adanya perubahan penggunaan teknologi.

Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi mengungkapkan ada sedikit tambahan dana yang dibutuhkan tetapi tidak melampaui angka sebelum anggaran tersebut dievaluasi. Pemerintah menetapkan adanya efisiensi dari pembangunan light rail transit (LRT). Semula dana yang dibutuhkan membangun proyek LRT sekitar Rp 23 triliun tetapi setelah adanya evaluasi menjadi sekitar Rp 21 triliun.

Tambahan dana tersebut digunakan untuk sistem persinyalan. "Mengenai persinyalan ada dua macam, ada yang fixed block dan ada yang moving block," kata Budi usai menghadiri rapat koordinasi perkembangan LRT di Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman (Kemenko Maritim), Rabu (12/7).

Masing-masing teknologi tersebut membuat adanya perbedaan kecepatan waktu LRT tiba sehingga bisa lebih banyak mengangkut penumpang. Dengan menggunakan moving block, kata Budi, bisa mendekati 500 ribu penumpang per harinya. Sementara fixed block hanya bisa menampung sekitar 275 ribu penumpang.

Budi mengatakan hal itu yang membuatnya menyetujui menggunakan moving block tetapi dengan catatan adanya sedikit tambahan biaya. "Tambahan biaya tidak terlalu banyak. Cuma saya minta komitmen dengan semua pihak berkaitan dengan waktu dan biaya yang harus tepat," ujarnya.

Menurut Budi, komitmen itu sudah disetujui sehingga target waktu tetap selesai pada 2018 sebelum Asian Games tahun depan dimulai. Total tambahan dana, kata dia, mencapai Rp 200 miliar.

Meski ada sedikit kenaikan dana tetapi hal itu juga meningkatkan spesifikasi dengan memilih moving block. "Jadi nanti yang kami inginkan headway atau jarak operasinya itu lebih pendek. Yang lama katakanlah bisa lima menit namun sekarang hanya satu menit," ungkapnya.

Dia memastikan dengan penggunaan moving block maka akan didiskusikan juga dengan Kereta Api Indonesia (KAI) dan Kementerian Badan Usaha Milik Negara. Sebab nantinya penumpang LRT Jabodebek akan mengalami kenaikan dari 1,1 juta menjadi 1,4 penumpang.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement